Kalau dulu karnaval 17-an isinya cuma baju adat dan tentara-tentaraan dari kardus bekas, sekarang suasananya udah beda. Anak-anak muda mulai ambil alih panggung. Kostum makin absurd, karakternya makin nggak ketebak. Dan yang paling mengejutkan? Karakter-karakter “brainrot” yang biasanya cuma wara-wiri di TikTok dan meme IG, sekarang ikut jalan di depan gapura, ngibarin semangat merdeka dengan cara yang… ya, chaotic tapi jujur aja, seru.
Tahun ini, Agustusan kayaknya bakal lebih pecah kalau ide karakter unik benar-benar dieksekusi. Bukan sekadar cosplay murahan atau duplikat superhero luar negeri, tapi karakter yang benar-benar mencerminkan generasi sekarang—nyeleneh, nyindir, dan tetap menghibur.
Tren Karnaval Kekinian
Agustusan emang tradisi, tapi tradisi nggak harus kaku. Karnaval 17-an udah lama jadi ruang ekspresi warga. Dan sekarang, dengan medsos jadi etalase kedua, siapa pun bisa tampil total tanpa takut dicap “nggak sopan” selama masih konteksnya aman.
Menurut survei kecil yang dilakukan @KarnavalAnakRT (2024) di X (Twitter), 78% peserta karnaval di Jakarta dan Jogja pengen nampil dengan tema karakter viral, bukan tema nasionalis konvensional. Kenapa? Karena mereka pengen bikin yang relatable dan bikin ngakak—itu baru namanya hiburan rakyat.
Brainrot, dari Meme ke Jalanan
Istilah “brainrot” mungkin awalnya muncul sebagai bentuk kelelahan digital: kebanyakan nonton konten absurd sampai otak rasanya “busuk.” Tapi sekarang, istilah ini jadi simbol solidaritas komedi antar netizen. Karakter brainrot itu karakter yang absurd, berlebihan, dan kadang nggak punya logika, tapi justru itulah daya tariknya.
Contohnya? Siapa yang nggak kenal “Tungtung Sahur”? Dengan sound “tung tung tunggg sahurrrr!” yang diputar di jam 3 pagi, dia berubah dari pengganggu tidur jadi meme nasional. Sekarang, banyak warga yang mulai cosplay jadi dia, lengkap dengan ember seng, mic rakitan, dan ekspresi ngantuk yang dibuat-buat. Dan jujur aja, di karnaval, dia bisa jadi ikon semangat “bangunkan kesadaran” dengan gaya lokal.
Ide Karakter Unik yang Bisa Dicoba
Nah, daripada ikut-ikutan pake topeng tokoh luar negeri yang udah basi, ini dia ide karakter yang bisa bikin barisan kamu viral satu kampung. Serius, ini bukan cuma soal kostum, tapi soal cerita dan pesan di baliknya.
1. NPC Streamer Lokal
Terinspirasi dari tren NPC di TikTok, karakter ini bisa jalan pelan-pelan sambil ngomong, “ice cream so good!” tiap dikasih uang receh oleh penonton. Tambahin tombol fake di baju dan lampu LED di kepala. Satire ringan untuk budaya internet yang makin absurd tapi tetap bikin ketawa.
2. Ibu RT Multiverse
Karakter ini campuran antara superhero dan realita. Seragam daster batik, kacamata turunkan di hidung, dan toa mini di tangan. Dia bisa jalan sambil ngingetin, “Yang belum setor uang karnaval, jangan kabur!” Cocok untuk parodi tokoh nyata yang semua orang tahu tapi nggak pernah disorot.
3. Si Bolang Glitch
Gabungan karakter anak kampung dengan glitch digital. Wajah dicat belang-belang, baju bolong, dan gerakan robot patah-patah. Bikin barisan pawai kamu jadi semacam video error yang berjalan. Maknanya? Dunia lama dan dunia digital lagi nabrak, dan kamu ada di tengah-tengahnya.
4. Paket Hemat Pahlawan
Ini untuk yang pengen tetap nasionalis tapi anti-generik. Bayangin pahlawan kayak Soekarno, Kartini, atau Jenderal Sudirman tapi dimodifikasi: pakai kardus bekas, helm ojol, dan pin Gopay. Pesan terselubung: patriotisme nggak harus mahal, asal niat dan lucu, jalan terus.
Kostum Lucu, Pesan Nendang
Kenapa karakter-karakter ini penting? Karena mereka nggak cuma buat lucu-lucuan. Mereka punya lapisan makna. Karakter brainrot dan parodi satir adalah bentuk baru dari budaya rakyat yang ingin ngomong sesuatu tanpa harus tegang.
Ini bukan soal menghina atau ngelucu doang. Ini cara generasi muda ngomong: “Kami juga punya suara. Kami juga bisa bersenang-senang dengan cara kami.” Dan lewat karakter-karakter absurd itu, kita semua diajak ketawa bareng, bukan saling tunjuk.
Tips Eksekusi
1.Gunakan bahan ramah lingkungan: Gunakan ulang kardus bekas, kain perca, atau plastik daur ulang. Selain hemat, kamu ikut jaga bumi.
2.Bikin mini-skenario: Karakter kamu nggak harus jalan doang. Tambahin gerakan khas, suara, atau interaksi kecil biar makin hidup.
3.Perhatikan batas aman: Jangan menyinggung isu sensitif, agama, atau suku. Parodi oke, asal konteks dan batasnya jelas.
4.Libatkan warga lain: Biar rame, ajak satu RT bikin satu tim karakter. Bukan kompetisi, tapi kolaborasi.
Dari yang dulu serius dan kaku, kini pawai Agustusan berevolusi jadi ruang kreatif paling jujur di tengah masyarakat. Karakter-karakter brainrot yang muncul bukan sekadar untuk lucu-lucuan, tapi jadi medium ekspresi, kritik, bahkan bentuk cinta pada kampung sendiri.
Karakter absurd itu, sebenarnya sedang memperlihatkan wajah kita: warga digital yang masih cinta tanah kelahirannya, tapi dengan bahasa yang lebih santai dan relatable. Jadi, siapa bilang jadi lucu itu nggak punya makna?