Pinterpedia.com – Sukses itu kata yang pendek, tapi isi dan ukurannya bisa bikin kepala puyeng—apalagi kalau standar yang dipakai bukan milikmu. Di rumah, mungkin kamu pernah dengar omongan seperti, “Dulu Ayah umur segitu sudah punya rumah dan dua anak.” Atau yang paling klasik, “Kerja yang tetap, nanti pensiun enak.” Tapi, tunggu dulu—apa semua tolok ukur itu masih relevan buat kita yang hidup di 2020-an, ketika kerja bisa dari kasur dan punya rumah kadang terasa lebih mustahil dari lulus SNMPTN?

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Di artikel ini, kita bakal kupas habis sembilan standar sukses khas generasi boomer yang, jujur aja, makin gak nyambung dengan realitas generasi muda saat ini—terutama Gen Z. Bukan buat menyalahkan generasi sebelumnya, tapi buat memetakan ulang makna sukses yang lebih masuk akal dan membumi buat kita sekarang.

1. Punya Rumah Sebelum Usia 30

Dulu, beli rumah di usia muda adalah simbol kedewasaan. Tapi sekarang? Harga rumah di kota besar bisa lebih mahal dari gabungan gaji 10 tahun, belum lagi DP, bunga, dan cicilan 20 tahun ke depan.

Banyak Gen Z memilih opsi co-living, sewa apartemen kecil, atau bahkan nomadic lifestyle karena mobilitas dan kebebasan lebih jadi prioritas. Lagipula, rumah tak lagi jadi bukti kesuksesan, tapi kadang justru jadi beban finansial yang mengganggu fleksibilitas hidup.

Referensi: Laporan Bank Indonesia 2024 menunjukkan lebih dari 65% milenial dan Gen Z masih tinggal di hunian sewa karena harga rumah melampaui kemampuan kredit pemula.

2. Pekerjaan Kantoran Tetap = Hidup Stabil

Boomer dibesarkan dalam sistem kerja linier: lulus kuliah, kerja tetap, naik jabatan, lalu pensiun. Tapi Gen Z tumbuh di dunia pascapanik, pascapandemi, dan penuh layoff. Fleksibilitas dan remote work jadi nilai yang lebih tinggi dibanding kerja 9-to-5 yang kaku.

Stabil bukan lagi soal kantor dengan meja tetap, tapi kemampuan bertahan lewat multiple income streams. Kerja lepas, proyek freelance, jualan online, bahkan konten kreator bisa jadi jalur karier yang sah.

3. Menikah Muda = Dewasa dan Tanggung Jawab

Bagi Boomer, menikah sebelum usia 25 adalah prestasi dan bentuk tanggung jawab. Sekarang, makin banyak anak muda yang mempertanyakan: kenapa harus buru-buru?

Dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental dan pentingnya relasi sehat, Gen Z lebih fokus pada kualitas hubungan, bukan sekadar status hukum. Mereka menunggu pasangan yang sefrekuensi, bukan terburu-buru demi mengejar norma sosial.

4. Mobil Pribadi = Simbol Mandiri

Mobil dulunya lambang kebebasan dan kemapanan. Tapi di zaman ride sharing, transportasi publik yang makin nyaman, dan harga bahan bakar yang melambung, punya mobil justru bisa jadi beban bulanan.

Apalagi dengan meningkatnya kesadaran lingkungan, Gen Z cenderung lebih terbuka terhadap opsi transportasi ramah lingkungan seperti sepeda listrik atau jalan kaki.

5. Anak Banyak = Rezeki Banyak

Ungkapan ini tidak salah dalam konteks masa lalu. Tapi sekarang, biaya membesarkan anak bisa menghabiskan hingga ratusan juta, bahkan miliaran sampai usia kuliah.

Bukan berarti Gen Z menolak punya anak, tapi banyak dari mereka ingin lebih siap secara emosional dan finansial sebelum mengambil tanggung jawab besar ini. Beberapa bahkan memilih childfree atau delayed parenting.

6. Naik Jabatan = Bukti Sukses

Jabatan direktur atau manajer tidak lagi selalu jadi target. Banyak Gen Z yang lebih mementingkan keseimbangan hidup, waktu luang, dan otonomi kerja dibanding sekadar gelar di kartu nama.

Bahkan, banyak yang merasa lebih puas menjalankan bisnis kecil, jadi freelancer, atau bekerja di organisasi non-profit ketimbang mengejar jabatan formal yang penuh tekanan.

7. Pensiun Dini = Tujuan Utama

Generasi sebelumnya melihat pensiun sebagai titik akhir perjuangan hidup. Tapi Gen Z justru mempertanyakan: kenapa harus tunggu tua baru menikmati hidup?

Gerakan FIRE (Financial Independence, Retire Early) dan tren mini retirement mulai jadi strategi populer. Fokusnya bukan menabung sampai tua, tapi mengatur keuangan agar bisa punya kebebasan lebih awal.

8. Gelar Tinggi = Jalan Cepat Menuju Sukses

Dulu, S1, S2, bahkan S3 adalah jalur utama untuk naik kelas sosial. Tapi di era digital, banyak skill bisa dipelajari lewat kursus daring, bootcamp, atau belajar mandiri.

Perusahaan besar seperti Google dan Apple bahkan tidak lagi mewajibkan gelar untuk banyak posisi. Portofolio, pengalaman, dan kreativitas kini punya bobot yang lebih besar.

9. Setia pada Satu Perusahaan = Loyal dan Terhormat

Boomer bangga bisa kerja puluhan tahun di satu tempat. Gen Z? Lebih memilih job hopping demi eksplorasi dan pertumbuhan.

Studi dari LinkedIn 2023 mencatat bahwa 75% profesional muda berpindah kerja dalam tiga tahun pertama. Ini bukan soal tidak loyal, tapi soal mencari tempat kerja yang benar-benar cocok secara nilai dan budaya.

Jadi, Standar Sukses Itu Masih Perlu?

Jawabannya: tergantung siapa yang menulisnya. Dunia telah berubah, dan ukuran sukses harus ikut berubah. Gen Z hidup di tengah tantangan ekonomi, perubahan iklim, dan dinamika teknologi yang tak pernah diam.

Mereka tidak anti-sukses, tapi ingin makna sukses yang lebih personal, adaptif, dan realistis. Bukan sekadar mengulang resep lama dari generasi sebelumnya, tapi menulis ulang narasinya sendiri.