Pinterpedia.com – Pernah dengar cerita bahwa hewan seperti anjing atau burung bertingkah aneh sebelum gempa terjadi? Banyak yang bilang, hewan bisa “tahu duluan”. Tapi apa benar begitu? Yuk, kita ulik dari sudut pandang ilmiah dengan cara yang santai tapi tetap berdasarkan riset valid.
Percaya atau tidak, kepercayaan bahwa hewan bisa merasakan gempa sudah ada sejak zaman kuno. Di Yunani kuno, umat melaporkan bahwa ular, tikus, dan serangga hilang sebelum gempa dahsyat terjadi. Di Jepang dan Tiongkok, legenda lokal menyebut kucing dan ular sebagai alarm alam sebelum gempa besar. Tapi ingat, cerita-cerita ini lebih bersifat anekdot, bukan bukti ilmiah yang dapat diuji secara sistematis.
Berikut Penelitiannya
Menurut US Geological Survey (USGS), beberapa hewan mungkin bisa merasakan getaran awal gempa (gelombang P), dan itu bisa membuat mereka bertingkah aneh. Namun USGS juga menegaskan bahwa bukti ilmiahnya masih belum cukup untuk dijadikan sistem peringatan gempa utama.
Sebuah studi oleh Max Planck Institute menunjukkan bahwa kambing di Gunung Etna Italia menunjukkan perubahan perilaku beberapa jam sebelum letusan. Namun, studi itu bersifat observasional dan tidak bisa digeneralisasi ke semua hewan dalam semua kondisi gempa.
Kenapa Hewan Lebih Peka?
•Getaran mikro: Hewan bisa merasakan frekuensi rendah dan vibrasi halus yang tidak terasa manusia.
•Perubahan ionasi dan bau: Retakan batu sebelum gempa bisa menghasilkan ion atau gas yang bisa dirasakan hewan.
•Indera pendengaran tajam: Beberapa hewan mendengar infrasound (suara frekuensi rendah) saat bumi mulai bergerak.
Para peneliti menduga bahwa hal-hal semacam inilah yang membuat hewan “bereaksi”, meski belum terbukti sepenuhnya.
Beberapa Riset Ilmiah
Beberapa contoh dari riset ilmiah:
•Sejak 2016, sapi, ayam, dan anjing di sebuah peternakan di Italia dilacak, dan beberapa menunjukkan perilaku abnormal beberapa jam sebelum gempa. Namun tidak semua gempa disertai reaksi hewan, dan tidak semua perilaku aneh menandakan gempa akan datang.
•Di Thailand, laporan penduduk menyebut gajah-gajah bergerak ke tempat tinggi sebelum tsunami 2004. Meski menarik, data tersebut masih terlalu sedikit dan belum memenuhi standar ilmiah.
•Gugusan kodok di Tiongkok jumpa media sehari sebelum gempa Sichuan menyebabkan kehebohan, tapi akhirnya masuk ke ranah spekulatif karena kurangnya metode pengukuran sistematik.
Menurut laporan ilmiah, data ini bersifat episodik dan belum cukup untuk dijadikan dasar sistem peringatan.
Tantangan di Lapangan
•Variabilitas perilaku individu: tidak semua hewan dari satu jenis menunjukkan reaksi yang sama.
•Bias ingatan: kita lebih ingat hewan jadi gelisah sebelum gempa, tapi sering lupa saat mereka normal tanpa gempa.
•Anecdotal vs Statistik: kebanyakan laporan masih berupa cerita, bukan data eksperimental yang bisa diulang.
Menurut komunitas seismolog, meski menarik, temuan ini belum mencukupi untuk dijadikan metode ilmiah.
Bio-Sensor yang Memadukan Ilmu dan Insting Hewan
Kini, sejumlah tim penelitian sedang menguji teknologi bernama bio-sensor: alat yang dipasang pada hewan (seperti akselerometer kecil atau pelacak GPS). Alat ini bertujuan untuk memantau perilaku hewan secara real-time dan mencocokkannya dengan data gempa dari seismograf digital yang dioperasikan oleh lembaga pemantau gempa.
Tujuannya bukan menjadikan hewan satu-satunya alarm, tapi mengembangkan sistem hybrid yang memadukan sinyal biologis dan data keras dari alat geofisika.
7. Kapan Perubahan Perilaku Hewan Perlu Diwaspadai?
Jika kamu tinggal dekat gunung atau zona rawan gempa, berikut tanda yang bisa jadi perhatian:
•Perubahan perilaku yang terjadi secara bersamaan pada lebih dari satu jenis hewan (misalnya anjing menggonggong, dan ternak berkumpul saat pagi hari).
•Sistem pelaporan perilaku yang konsisten: jika perilaku unik terjadi terus-menerus, sebaiknya dilaporkan ke pihak berwenang.
•Selalu cross-check dengan data resmi dari lembaga seismologi. Jika hewan gelisah dan lembaga melaporkan peningkatan gempa mikro atau tremor, itu sinyal lebih serius.
Hewan mungkin punya indera alamiah yang lebih peka terhadap perubahan di bawah permukaan bumi. Ada potensi untuk membantu kita sebagai indikator tambahan. Tapi tidak pernah cukup untuk diandalkan sebagai sistem peringatan utama.
Menurut para ilmuwan, kunci kesiapsiagaan adalah kombinasi: kesadaran publik, data ilmiah dari seismograf, dan mungkin, suatu saat, bio-sensor yang cerdas. Jadi kalau kamu melihat hewan bertingkah aneh, jangan panik, tapi cobalah mencatat dan melihat apa yang terjadi selanjutnya.