Pinterpedia.com – Di Indonesia, minum es teh dan kopi sudah kayak ritual kecil sehari-hari. Dari bapak-bapak habis nyangkul sampai anak kuliah yang baru turun dari motor, hampir semua punya momen minumnya sendiri. Makanya, bisnis es teh dan kopi franchise terlihat menggiurkan: murah, gampang, tinggal buka tempat jualan di pinggir jalan, lalu menunggu pembeli datang.
Tapi kenyataannya, banyak tempat jualan es teh atau kopi yang nasibnya mirip warung dadakan saat hajatan: baru buka sebentar, ramai sebentar, terus sepi dan akhirnya gulung tikar. Masalahnya bukan cuma di modal, tapi di keputusan-keputusan kecil yang sering disepelekan pemula.
Nah, mari kita bedah tujuh kesalahan paling sering (dan paling fatal) yang bikin tempat jualan es teh atau kopi franchise di pinggir jalan cepat karam.
1. Tempat Jualan Tidak Strategis
Ada yang buka di gang dalam, ada juga yang persis di pojokan jalan yang bahkan motor pun malas belok. Kalau pelanggan harus mikir dua kali buat nemuin kamu, bisa dipastikan peluang repeat order bakal tipis.
Di pedesaan, lokasi strategis bukan berarti harus di depan mall (ya nggak ada juga), tapi minimal dekat titik kumpul warga. Misalnya pasar pagi, sekolah, balai desa, atau jalur orang berangkat kerja. Ingat, usaha kecil butuh mata yang melihat, bukan sekadar niat yang baik.
2. Harga Ngaco
Kesalahan klasik: jual terlalu murah dengan alasan “biar laku dulu”. Hasilnya? Untung tipis, capek badan, dan akhirnya menyerah. Kalau terlalu mahal? Lebih lucu lagi, orang bisa bandingin harga es teh kamu dengan harga sebungkus nasi pecel.
Harga itu soal keseimbangan. Lakukan riset sederhana: cek harga