jumlah pengguna tetap kecil, dan startup tidak bisa menutup biaya operasional.
Beberapa perusahaan mencoba menggandeng koperasi atau pemerintah daerah agar adopsi teknologi lebih cepat. Cara ini cukup membantu, tapi tetap tidak cukup untuk membuat bisnis berkembang besar tanpa model pendapatan yang kuat.
Investor Terlalu Cepat Ingin Untung
Sisi lain dari masalah ini datang dari para investor. Banyak yang memperlakukan agritech seperti startup digital pada umumnya, berharap pertumbuhan cepat dan valuasi tinggi dalam waktu singkat. Padahal, sektor pertanian punya ritme yang berbeda.
Prosesnya lambat karena menyesuaikan musim tanam, kondisi cuaca, dan perubahan perilaku petani. Startup yang dipaksa tumbuh cepat sering kali menghabiskan dana besar untuk promosi dan ekspansi tanpa membangun dasar bisnis yang kokoh. Begitu dana habis, mereka kewalahan mempertahankan operasional.
Kalau saja agritech diberi waktu menyesuaikan diri dengan ritme pertanian, banyak dari mereka mungkin bisa bertahan dan tumbuh stabil.
Tantangan Data dan Koneksi Internet
Teknologi agritech sangat bergantung pada data. Namun di banyak daerah pertanian, data akurat sulit diperoleh. Lembaga pemerintah, koperasi, dan perusahaan swasta masing-masing punya sistem sendiri yang tidak terhubung. Akibatnya, startup sering bekerja dengan informasi yang tidak lengkap.
Masalah lain adalah konektivitas. Banyak wilayah pertanian masih memiliki sinyal internet yang lemah. Aplikasi yang memerlukan koneksi konstan jadi sulit digunakan. Akhirnya, solusi digital yang terlihat menjanjikan di kota tidak berjalan baik di desa.
Kunci Sukses: Adaptasi, Bukan Sekadar Inovasi
Keberhasilan startup agritech tidak diukur dari seberapa canggih teknologinya, tapi seberapa besar kemampuannya beradaptasi dengan kenyataan lapangan. Mereka yang berhasil bukan yang punya aplikasi paling keren, tapi yang benar-benar mengerti cara kerja petani.
Startup yang tumbuh besar biasanya memulai dari masalah sederhana, lalu membangun kepercayaan. Mereka menyesuaikan teknologi dengan kebiasaan pengguna, bekerja sama dengan koperasi, dan memberikan hasil nyata yang bisa langsung dirasakan petani.
Teknologi hanya akan berhasil jika dianggap membantu, bukan membebani. Ketika petani merasa terbantu, barulah perubahan besar bisa terjadi.
Kegagalan banyak startup agritech bukan karena teknologi yang buruk, tapi karena mereka terlalu fokus pada inovasi tanpa memahami konteks sosial dan ekonomi pertanian.
Untuk bisa tumbuh besar, mereka harus lebih dekat dengan realitas di lapangan. Bukan hanya menanam sensor di tanah, tapi juga menanam kepercayaan


