Lembur. Banyak pekerja yang merasa bangga bisa melakukannya. Ada anggapan bahwa semakin lama bekerja, semakin besar kontribusi yang diberikan, semakin mengesankan di mata atasan, dan semakin meningkat juga karirnya. Namun, tahukah Anda bahwa lembur yang berlebihan bisa menimbulkan masalah mental yang serius? Sering kali, kita tidak menyadari bahwa bekerja lebih dari jam yang seharusnya bisa mempengaruhi kesehatan mental kita, dan bahkan menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Untuk itu, penting untuk mengenali 7 masalah mental yang sering muncul akibat lembur berlebihan. Jadi, sebelum Anda melanjutkan lembur lagi, ada baiknya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada kondisi mental Anda.

1. Stres yang Berkepanjangan

Bekerja lembur, apalagi secara terus-menerus, sering kali membuat pikiran kita terjebak dalam tekanan yang konstan. Target yang tidak kunjung selesai, deadline yang semakin mendekat, atau tuntutan yang terus meningkat membuat stres menjadi teman sehari-hari. Stres ini bisa berkembang menjadi perasaan cemas yang berlarut-larut, sehingga bisa mengganggu keseimbangan fisik dan mental.

Saat kita mengalami stres, tubuh kita akan memproduksi hormon kortisol, yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh jika diproduksi dalam jumlah berlebihan. Jika dibiarkan, ini bisa memengaruhi mood dan fungsi tubuh yang lain, yang berdampak pada kualitas tidur, kesehatan jantung, bahkan mempengaruhi pola makan.

2. Burnout

Lembur terus menerus bisa menyebabkan burnout. Burnout adalah kondisi kelelahan emosional yang tidak hanya mempengaruhi fisik, tapi juga mental. Pekerja yang mengalami burnout akan merasa lelah secara emosional, kehilangan semangat, dan sering merasa tidak ada lagi yang bisa diberikan. Ini bisa berujung pada penurunan produktivitas, meski waktu yang dihabiskan untuk bekerja semakin lama.

Burnout bisa ditandai dengan perasaan kosong, hilangnya motivasi, serta kesulitan dalam menikmati aktivitas yang dulunya disukai. Jika tidak ditangani, ini bisa berdampak pada kesejahteraan jangka panjang.

3. Kecemasan yang Menghantui

Ketika pekerja terus-menerus melakukan lembur, kecemasan mulai masuk ke dalam kehidupan mereka. Ada perasaan khawatir yang berlebihan tentang pekerjaan, bahkan saat sudah meninggalkan kantor. Pekerja yang cemas cenderung merasa tidak pernah cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka, dan ini bisa mengarah pada kecemasan kronis.

Kecemasan ini muncul karena adanya rasa takut untuk gagal atau tidak memenuhi ekspektasi atasan. Kekhawatiran tentang performa kerja, pekerjaan yang belum selesai, dan masalah lainnya sering kali mengganggu pikiran kita, bahkan saat kita sedang tidak bekerja.

4. Depresi yang Diam-diam Menghampiri

Lembur yang berlebihan sering kali menjadi penyebab utama munculnya depresi, suatu kondisi mental yang serius. Saat tubuh dan pikiran kita dipaksa untuk bekerja lebih dari kapasitasnya, perasaan tidak berdaya dan putus asa sering kali mengiringi. Pekerja yang depresi mungkin merasa lelah sepanjang waktu, kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya menyenangkan, dan merasa terisolasi.

Depresi tidak hanya mempengaruhi kondisi mental, tetapi juga berpotensi merusak kesehatan fisik. Tidur yang terganggu, pola makan yang kacau, serta penurunan energi dapat mengakibatkan gangguan fisik lainnya, seperti gangguan pencernaan dan masalah tidur.

5. Kesepian dan Isolasi Sosial

Pekerja lembur sering kali merasa kesepian, terutama jika mereka menghabiskan banyak waktu di tempat kerja dan mengabaikan kehidupan sosial mereka. Waktu untuk berkumpul dengan keluarga atau teman-teman semakin terbatas, yang menyebabkan perasaan kesepian dan isolasi. Jika perasaan ini terus berlanjut, bisa menyebabkan kerusakan mental yang lebih dalam.

Interaksi sosial yang minim bisa memengaruhi kondisi mental kita. Sebagai manusia, kita membutuhkan koneksi sosial untuk merasa didukung dan dihargai. Tanpa ini, perasaan kesepian bisa semakin memperburuk kesehatan mental.

6. Menurunnya Kualitas Tidur

Lembur berlebihan sering mengakibatkan kurang tidur. Tidur yang cukup adalah kebutuhan dasar tubuh untuk pemulihan fisik dan mental. Namun, banyak pekerja yang mengorbankan waktu tidurnya demi pekerjaan yang menumpuk. Akibatnya, kualitas tidur pun menurun, dan tubuh tidak dapat pulih dengan optimal.

Kurang tidur atau tidur yang tidak berkualitas dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental lainnya, seperti kecemasan, depresi, dan bahkan gangguan bipolar. Tidur yang cukup memungkinkan otak kita untuk memperbaiki diri dan memproses emosi, yang penting bagi kesejahteraan mental.

7. Penurunan Produktivitas

Ironisnya, lembur yang berlebihan tidak selalu meningkatkan produktivitas. Faktanya, semakin lama kita bekerja tanpa istirahat yang cukup, semakin rendah kualitas pekerjaan yang dihasilkan. Stres dan kelelahan mental mengurangi fokus dan kreativitas, yang akhirnya membuat pekerja merasa tidak efektif meskipun jam kerja mereka terus bertambah.

Menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan istirahat adalah kunci untuk mencegah masalah mental akibat lembur. Beberapa solusi termasuk menetapkan batas waktu yang jelas untuk lembur, belajar untuk mengatakan “tidak” pada pekerjaan yang berlebihan, dan memastikan ada waktu untuk diri sendiri setelah jam kerja.

Lembur memang bisa memberikan kebanggaan sementara dalam karier, tetapi jika dilakukan berlebihan, dampaknya terhadap kesehatan mental bisa sangat besar. Mulai dari stres, burnout, kecemasan, hingga depresi, semuanya dapat mengancam kesejahteraan Anda. Jangan biarkan diri Anda terjebak dalam rutinitas yang merugikan ini.

Penting untuk memahami bahwa pekerjaan bukanlah segalanya. Kesehatan mental yang baik adalah fondasi utama untuk menjadi produktif dan bahagia dalam jangka panjang. Jangan ragu untuk mencari dukungan atau berbicara tentang masalah kesehatan mental Anda dengan rekan kerja, teman, atau profesional.