Pinterpedia.com – Ada orang yang begitu peka, sampai-sampai bisa merasakan ada sesuatu yang janggal dari tatapan temannya meski cuma sepersekian detik. Ada juga tipe manusia yang super cuek, yang kalau ada temannya nangis, dia cuma nyeletuk, “Lagi pilek ya?” Nah, kalau kamu merasa sering masuk ke golongan kedua, tenang saja. Bukan berarti kamu sudah divonis jadi makhluk beku tanpa empati. Kepekaan sosial itu bukan bakat bawaan, melainkan sesuatu yang bisa dilatih. Dan percaya deh, peka itu bukan cuma dalam drama percintaan yang romantis, tapi soal bagaimana kita bisa hidup bareng orang lain atau bersosial tanpa bikin mereka pengin ngeblok kita di dunia nyata.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Mari kita bedah tujuh cara sederhana, tapi ampuh, buat melatih kepekaan biar hubungan sosial kita nggak kering kayak kerupuk disimpan di kulkas.

1. Coba Lebih Banyak Mendengarkan

Pernah nggak ketemu orang yang diajak ngobrol tapi responnya cuma anggukan ala robot, sambil matanya nyasar ke layar HP? Itu contoh mendengar aja tapi tidak dimasukkan ke otak. Mendengar aktif berarti benar-benar menangkap maksud lawan bicara, bukan sekadar formalitas supaya nggak dibilang sombong. Psikolog Carl Rogers pernah bilang, orang lebih butuh didengarkan ketimbang diberi nasihat. Jadi, kalau ada teman cerita soal bosnya yang ngeselin, jangan buru-buru menasihati “Sabar aja”. Cukup dengarkan dulu. Kadang validasi lebih bernilai daripada solusi.

2. Baca Bahasa Tubuh, Jangan Jadi Alien

Komunikasi manusia 70% lebih banyak terjadi lewat bahasa tubuh ketimbang kata-kata (Mehrabian, 1971). Jadi kalau kamu cuma fokus pada apa yang orang ucapkan, bisa-bisa kamu kehilangan pesan utamanya. Contoh, temanmu bilang “Aku nggak apa-apa” sambil menatap lantai dan memainkan kuku—itu jelas bukan baik-baik saja, Bro. Latih mata untuk membaca gerakan kecil seperti tatapan, nada suara, maupun posisi duduk. Dengan begitu, kamu nggak bakal jadi orang aneh di sosial yang clueless tiap lagi nongkrong bareng.

3. Kurangi Bermain Gadget saat Kumpul

Sejujurnya, kepekaan sosial sering mati gara-gara notifikasi. Lagi ngobrol asyik, tiba-tiba kamu buru-buru cek WhatsApp grup alumni. Padahal lawan bicara baru saja curhat tentang masalah keluarganya. Menurut penelitian di Journal of Social and Personal Relationships (2016), kehadiran ponsel di meja sudah cukup untuk bikin lawan bicara merasa diabaikan. Jadi, kalau lagi interaksi, taruh ponselmu terbalik atau sekalian masuk tas. Orang di depanmu lebih berharga daripada drama grup keluarga yang isinya cuma debat tentang resep masakkan hari ini.

4. Latih Empati

Banyak orang mengira empati itu anugerah bawaan, padahal bisa dilatih. Caranya? Biasakan bertanya dalam hati, “Kalau aku di posisinya, gimana rasanya?” Misalnya, ada rekan kerja yang kelihatan murung. Daripada langsung nge-judge “Pasti dia males kerja,” coba pikir, mungkin dia lagi pusing mikirin cicilan. Penelitian tentang mirror neurons (neuron cermin) menjelaskan, otak kita bisa ikut “merasakan” apa yang orang lain rasakan. Tinggal kamu mau melatihnya atau tidak.

5. Belajar Timing, Jangan Saltum

Saltum alias salah tempat salah waktu adalah musuh besar kepekaan sosial. Nggak semua momen cocok buat bercanda receh. Misalnya, ada rapat serius soal target perusahaan, lalu kamu nyeletuk, “Kalau target nggak tercapai, kita ganti logo aja biar fresh.” Dijamin bukan bikin cair, malah bikin suasana kaku. Peka berarti tahu kapan harus ngomong, kapan harus diam, kapan harus menyelipkan humor. Timing itu seni, bukan ilmu pasti, tapi bisa diasah dengan cara banyak mengamati interaksi sosial.

6. Peka Itu dengan Tindakan, Bukan Hanya Dipikirkan

Sering kali orang merasa “gue kan udah ngerti dia lagi susah,” tapi cuma berhenti di pikiran aja. Padahal kepekaan butuh aksi. Kalau lihat teman kerepotan bawa barang, jangan tunggu dia minta tolong. Ulurkan tanganmu. Hal kecil seperti menawarkan kursi ke orang tua di bus juga bentuk kepekaan. Nggak perlu nunggu momen heroik ala film Marvel. Kadang justru tindakan sederhana yang bikin hubungan sosial lebih hangat.

7. Evaluasi Diri Sebelum Tidur

Biar nggak jalan di tempat, coba luangkan lima menit sebelum tidur buat refleksi. Tanyakan pada diri sendiri: “Hari ini ada nggak momen di mana aku bisa lebih peduli?” Mungkin tadi siang kamu kelewat cuek waktu rekan kerja cerita soal anaknya. Atau kamu buru-buru cabut tanpa pamit. Refleksi kecil ini penting buat melatih kesadaran. Lama-lama, kamu jadi otomatis lebih peka tanpa harus mikir keras.

Di dunia yang makin sibuk ini, orang peka justru langka. Padahal mereka yang peka sering kali jadi orang yang dipercaya, disukai, dan dihargai. Jadi jangan anggap kepekaan itu kelemahan. Justru itu senjata rahasia buat bikin hubungan sosial makin harmonis. Ingat, manusia bukan cuma butuh uang, tapi juga butuh dipahami. Dan memahami orang lain adalah bentuk kepekaan paling indah.