baru”.
•Ringkasan profil jangan isinya sekadar riwayat kerja. Ceritakan keahlian inti, pencapaian nyata, atau proyek yang bisa dibanggakan.
•Sertakan portofolio, link karya, atau media yang bisa langsung diklik HRD. Kalau mereka bisa melihat bukti, peluangmu lebih besar.
Profilmu adalah “gerbang pertama” sebelum HRD memutuskan membalas pesanmu atau tidak. Jadi jangan sampai seadanya.
Tips Menemukan HRD di LinkedIn
LinkedIn punya fitur pencarian yang sering disepelekan. Coba masukkan kata kunci seperti “HR Manager”, “Talent Acquisition”, atau “Recruiter” lalu filter berdasarkan lokasi dan industri. Dari situ, kamu bisa menemukan siapa saja orang HR yang bekerja di perusahaan targetmu.
Selain itu, intip halaman perusahaan. Klik bagian “Employees” dan perhatikan siapa yang bekerja di HR atau bagian rekrutmen. Dengan begitu, kamu tahu siapa yang sebaiknya diajak koneksi, bukan asal kirim permintaan ke semua orang.
Tips kecil tapi ampuh: gunakan Boolean Search. Misalnya ketik “Recruiter AND Jakarta AND Tech” di pencarian LinkedIn. Hasilnya lebih tajam dibanding pencarian biasa.
Bangun Kehadiran dengan Interaksi Kecil
Banyak yang langsung nembak HRD dengan pesan minta kerja. Itu salah kaprah. HRD menerima ratusan pesan seperti itu setiap minggu. Supaya berbeda, kamu harus lebih dulu membangun kehadiran.
Caranya sederhana: aktif di feed mereka. Kalau HRD atau perusahaan posting, berikan komentar yang bernilai. Misalnya, ketika mereka membagikan artikel tren industri, kamu bisa tambahkan insight atau pengalamanmu sendiri. Tidak perlu panjang, yang penting berbobot.
Selain itu, buat postinganmu sendiri. Ceritakan proyek, pengalaman kerja, atau sekadar insight singkat soal bidangmu. Ketika HRD mampir ke profilmu, mereka akan melihatmu sebagai orang yang memang aktif dan relevan,