Tantangan dan Persaingan
Kembali ke angka di awal: lebih dari 1 juta lulusan sosial dan manajemen. Angka besar berarti persaingan juga ketat. Perusahaan tidak hanya mencari gelar, tetapi bukti nyata kemampuan: sertifikasi tambahan, pengalaman magang, keterampilan digital, hingga kemampuan bahasa asing.
Kelemahan umum lulusan sosial adalah terlalu mengandalkan “teori” tanpa memperkuat portofolio praktis. Jika ini tidak segera diperbaiki, peluang karier yang luas bisa menjadi jebakan pengangguran terselubung.
Perusahaan membutuhkan lulusan yang siap adaptif. Pemerintah pun perlu mendorong diversifikasi jurusan agar tidak semua menumpuk di rumpun sosial. Namun di sisi individu, strategi paling nyata adalah belajar seumur hidup.
Lulusan sosial dan manajemen bisa memperkuat dirinya dengan kursus data analytics, memahami teknologi AI, hingga mengikuti sertifikasi internasional. Kombinasi antara “sentuhan manusia” khas ilmu sosial dengan kecakapan digital akan menjadikan mereka kandidat yang sulit tergantikan.
Dominasi lulusan sosial dan manajemen di Indonesia bukanlah masalah, melainkan tantangan untuk diolah menjadi peluang. Dunia kerja 2025 bukan lagi tentang linearitas jurusan dan profesi. Mereka yang lincah, kreatif, dan mau memperkaya diri dengan keterampilan baru akan menemukan ruang karier luas, mulai dari korporasi global hingga komunitas lokal.
Jadi, angka jutaan lulusan itu bukan sekadar statistik. Itu adalah potensi besar, asalkan tidak berhenti di gelar, tetapi diteruskan dengan aksi nyata dan kesediaan untuk terus berkembang.