Pinterpedia.com – Kalau dulu berlian dianggap sebagai standar emas dalam urusan perhiasan, kini peta dunia perhiasan mulai bergeser. Nama moissanite perlahan tapi pasti merangsek naik, jadi idola baru, terutama di kalangan anak muda apalagi Gen Z. Batu permata yang awalnya ditemukan di kawah meteorit ini punya cerita panjang dan daya tarik yang bikin siapa pun penasaran. Kilauannya yang penuh warna sering disebut lebih hidup daripada berlian, dan yang mengejutkan, harganya jauh lebih ramah di kantong. Tidak heran jika generasi sekarang makin melirik moissanite sebagai pilihan utama untuk cincin pertunangan, anting, bahkan kalung sehari-hari.
Moissanite ini pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Henri Moissan pada tahun 1893 ketika ia meneliti serpihan meteorit di Arizona. Awalnya, ia mengira mineral itu berlian. Baru kemudian diketahui bahwa ini adalah mineral berbeda yang terdiri dari silikon karbida. Karena moissanite alami sangat langka, hampir semua yang kita lihat di toko perhiasan sekarang adalah hasil rekayasa laboratorium. Kisah ini menambah daya tarik moissanite, seolah-olah ada jejak bintang yang ikut menghiasi cincin di jari.
Secara ilmiah, moissanite punya indeks refraksi lebih tinggi daripada berlian. Artinya, cahaya yang masuk ke dalam batu dipantulkan kembali dengan kilau yang lebih berwarna, menciptakan efek pelangi yang memesona. Inilah alasan mengapa banyak orang langsung jatuh hati ketika melihatnya pertama kali. Jika berlian dikenal dengan kilau putihnya yang klasik, moissanite justru menawarkan percikan warna yang lebih hidup. Bagi sebagian anak muda, kilau semacam ini terasa lebih ekspresif, lebih cocok dengan jiwa generasi yang ingin tampil beda.
Tidak hanya cantik, moissanite