Pinterpedia.com – Setiap akhir pekan, jalanan utama di banyak kota besar di Indonesia berubah jadi ruang publik raksasa: kendaraan bermotor dilarang lewat, dan ribuan orang tumpah ruah untuk ikut Car Free Day (CFD). Suasananya meriah, dari keluarga yang jalan santai, komunitas sepeda, hingga para pedagang makanan yang memenuhi trotoar.
Tapi ada satu fenomena menarik: semakin lama, CFD identik dengan kulineran. Dari sate taichan, es kopi susu, sampai jajanan kekinian lain, semuanya bisa kamu temukan. Ini tentu positif dari sisi ekonomi—pedagang mendapat rezeki, pengunjung senang bisa jajan. Tapi jangan lupa, CFD awalnya dibuat sebagai ruang sehat untuk olahraga. Kalau cuma berhenti di stan makanan, makna “free” dalam Car Free Day bisa melenceng: bukannya bebas polusi, malah jadi bebas ngemil berlebihan.
Car Free Day Fokus Buat Olahraga dan Mengurangi Polusi Udara
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), CFD pertama kali digagas untuk mengurangi polusi udara di perkotaan sekaligus mendorong masyarakat beraktivitas fisik. Studi dari Universitas Indonesia (2019) menyebutkan, CFD memberi dampak nyata terhadap kualitas udara di sekitar lokasi pelaksanaan, terutama dengan turunnya emisi CO₂ dan partikel polutan dalam beberapa jam.
Artinya, ruang jalan yang biasanya penuh kendaraan kini jadi “arena gratis” untuk bergerak. Sayangnya, sebagian besar pengunjung CFD lebih fokus pada aktivitas sosial dan kuliner dibanding olahraga. Jadi, potensi sehat yang seharusnya besar justru tereduksi.
Olahraga yang Bisa Kamu Lakukan di Car Free Day
Kalau kamu bosan cuma jalan santai sambil ngemil, sebenarnya ada banyak pilihan olahraga yang bisa dilakukan di CFD. Semua bisa dipilih sesuai minat, usia, dan kondisi