dengan beban tubuh penuh, ribuan kali dalam satu sesi. Tidak heran cedera lutut dan engkel jadi keluhan klasik pelari.
Jalan cepat bekerja dengan cara berbeda. Tekanan yang diberikan ke sendi lebih merata dan lebih rendah. Tapi jangan salah, karena aktivitas ini tetap termasuk weight-bearing exercise, yaitu olahraga yang memberi beban pada tulang. Hasilnya? Tulang jadi lebih kuat tanpa rasa sakit berlebih.
Penelitian dari Arthritis Foundation bahkan merekomendasikan jalan cepat sebagai salah satu olahraga terbaik untuk penderita osteoarthritis ringan. Artinya, bagi kamu yang ingin bergerak aktif tapi punya riwayat masalah sendi, jalan cepat adalah pilihan yang jauh lebih aman.
2. Membakar Kalori Secara Efektif Tanpa Harus Sprint
Banyak orang meremehkan jalan cepat karena dianggap “kurang keras.” Padahal, kalau dilakukan dengan kecepatan 6–7 km/jam selama 60 menit, jumlah kalori yang terbakar bisa mendekati lari 30 menit. Bedanya, kamu tidak harus memaksa jantung sampai ke batas maksimal.
Lebih menarik lagi, jalan cepat melibatkan lebih banyak otot tubuh bagian atas. Saat kamu mengayunkan tangan dan menjaga postur tegak, otot punggung, bahu, dan perut ikut bekerja. Ini membuat pembakaran energi jadi lebih merata.
Ada keuntungan lain: karena risiko cedera rendah, kamu bisa melakukannya lebih sering. Bayangkan saja, apa gunanya lari yang membakar 500 kalori tapi membuatmu harus istirahat seminggu karena nyeri lutut, dibanding jalan cepat yang bisa dilakukan lima kali seminggu dengan total kalori jauh lebih banyak?
Konsistensi adalah kunci. Jalan cepat membuatmu bisa menjaga rutinitas tanpa drama sakit otot berlebihan.
3. Mendukung Jantung dan Kesehatan Metabolik
Kalau ada organ yang paling berterima kasih