Pinterpedia.com – Udah jadi rahasia umum kalau media sosial (sosmed) punya peran besar dalam hidup kita sekarang. Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, sosmed jadi tempat buat ngecek update berita, stalking teman, atau sekadar scroll untuk nemuin konten lucu. Tapi, ada satu hal yang gak bisa dipungkiri—validasi. Kita sering banget ngelihat orang ngepost status, foto, atau video cuma buat dapat perhatian dari orang lain, entah itu lewat like, comment, atau share. Kenapa sih kita jadi ketagihan banget sama pengakuan itu?
Daftar Isi
Gampangnya, kita merasa dihargai banget kalo ada yang ‘like’ atau komentar di postingan kita. Itu kan semacam tanda kalo kita eksis di dunia maya. Tapi yang sering gak kita sadari, terlalu sering cari validasi di sosmed justru bisa merusak mental health kita loh.
Pengakuan Sosial di Sosmed, Kebutuhan atau Kecanduan?
Maslow, dalam teori hierarki kebutuhannya, bilang kalo manusia punya kebutuhan untuk dihargai dan diterima. Nah, di dunia nyata, kita butuh pengakuan dari orang-orang di sekitar kita—keluarga, teman, bahkan kolega. Tapi, gimana kalo validasi itu datangnya dari sebuah tombol “like” di Instagram atau Facebook? Di sini mulai muncul masalah. Validasi sosial yang datang dari dunia maya bisa bikin kita ketergantungan. Setiap kali kita nge-post, harapannya bukan cuma berbagi, tapi juga buat dapetin perhatian.
Bahkan, tanpa kita sadari, kebiasaan ini bisa mengarah ke kecanduan. Sering banget kita nge-refresh halaman, berharap ada komentar atau like baru. Tapi, meskipun itu cuma seratusan, tetap aja bikin kita merasa lebih baik—sedikit lebih dihargai. Bahkan, studi yang dilakukan oleh Harvard University menemukan bahwa otak kita bereaksi sama seperti menerima hadiah kecil ketika kita mendapatkan validasi melalui sosmed. Jadi, intinya: meski lo gak sadar, otak lo jadi ‘ketagihan’ sama sensasi itu.
Self-Worth vs. Selfie-Worth: Diri Lo Seutuhnya atau Cuma Apa yang Lo Tampilkan di Sosmed?
Di zaman sekarang, kita sering banget denger istilah “self-worth”, yang berarti harga diri yang datang dari dalam diri kita. Tapi, sayangnya banyak dari kita yang lebih fokus ke “selfie-worth”. Ini artinya kita ngukur nilai diri hanya dari apa yang kita tampilkan di media sosial. Foto terbaik, caption paling kreatif, dan tentu aja jumlah like yang bikin hati senang.
Tapi, apakah itu cukup buat menentukan siapa kita sebenarnya? Tentu saja nggak. Nilai diri yang sesungguhnya datang dari dalam, bukan dari angka di layar handphone. Ketika kita terlalu tergantung pada validasi eksternal, kita mulai ngerasa kosong kalo gak dapetin feedback yang kita harapkan. Seiring waktu, kita mulai lupa dengan siapa kita sebenarnya, dan lebih fokus sama apa yang dilihat orang lain tentang diri kita.
FOMO: Fear of Missing Out atau Takut Ketinggalan, Validasi Gimana Kalau Nggak Ada yang Bales?
Siapa yang gak kenal dengan FOMO (Fear of Missing Out)? Ini dia yang jadi pemicu banyak orang untuk selalu nge-post segala hal di sosmed. Takut ketinggalan, takut gak jadi bagian dari perbincangan yang lagi trending, atau bahkan takut status lo nggak dapet perhatian.
Inilah yang sering jadi masalah. Alih-alih ngelakuin sesuatu yang memang lo pengen atau butuhin, kita jadi lebih fokus sama harapan orang lain. Ketika kita nge-post sesuatu dan gak dapet respons yang sesuai ekspektasi, kita bisa ngerasa down banget. Padahal, itu cuma dunia maya, yang bisa berubah-ubah seiring waktu. Apa yang lo posting hari ini, belum tentu relevan lagi besok. Tapi, saat lo nggak dapet respons, bisa bikin perasaan lo terluka, bahkan mempengaruhi mood dan kepercayaan diri lo.
Social Media Boleh Sih, Tapi Jangan Sampai Merusak Diri Lo
Sosial media emang nggak bisa dipisahin dari kehidupan sehari-hari. Banyak hal positif yang bisa kita ambil—dari edukasi, hiburan, hingga peluang bisnis. Tapi yang jadi masalah adalah kebiasaan kita yang suka ngegantungkan kebahagiaan sama respons orang lain. Misalnya, lo nungguin komentar atau like sebagai bentuk validasi, itu yang lama-lama bisa bikin lo kecanduan.
Apa sih yang harus kita lakuin biar tetap sehat dalam ngadepin sosmed? Pertama, cobalah untuk lebih sering ngevaluasi kenapa kita posting sesuatu. Apa itu karena ingin berbagi atau cuma karena pengen dapet pengakuan? Kedua, jangan biarkan jumlah like atau komentar jadi penentu harga diri lo. Terakhir, jangan ragu buat beristirahat dari sosmed sesekali—coba detox sejenak buat fokus ke diri sendiri tanpa terganggu validasi eksternal.
Tips Jitu Untuk Membangun Harga Diri Tanpa Cari Validasi Sosial
Penting untuk mulai membangun harga diri tanpa tergantung sama respon orang lain di sosmed. Berikut adalah beberapa cara buat mengatasi ketergantungan validasi sosial:
•Self-Reflection: Cobalah untuk lebih banyak waktu untuk refleksi diri, apakah keputusan yang lo ambil berdasarkan apa yang lo butuhkan atau cuma karena apa yang orang lain anggap penting.
•Mindfulness: Fokus sama diri sendiri dan apa yang bisa lo capai tanpa harus dilihat orang lain. Bisa dimulai dengan journaling atau meditasi.
•Detox Sosmed: Sesekali luangkan waktu buat jauh dari sosmed, dan perhatikan bagaimana perasaan lo. Ini bisa membantu lo nge-recharge mental dan emosi lo tanpa perlu terpengaruh sama feedback orang lain.
•Set Goals Tanpa Publikasi: Fokus sama pencapaian pribadi yang gak perlu diumbar ke semua orang. Hal ini bikin lo lebih bisa menghargai progres tanpa harus menunggu pengakuan dari luar.
Di dunia digital yang serba cepat ini, gampang banget buat kebingungan antara apa yang bener-bener penting dan apa yang cuma sekedar pencarian validasi. Tapi ingat, harga diri lo bukan ditentukan oleh seberapa banyak orang yang like foto atau video lo. Validasi yang sesungguhnya datang dari dalam diri lo. Gak ada yang lebih powerful dari merasa cukup dengan diri sendiri. Jadi, mulai sekarang, ayo berhenti cari validasi di sosmed terus, dan fokus buat ngerayain pencapaian pribadi tanpa tergantung sama respon orang lain.