Pinterpedia.com – Pernah nggak sih kamu merasa sedikit kecewa saat mengirim pesan ke pasangan, tapi yang dibalas malah cuma “Ok”, “Iya”, atau bahkan malah nggak dibalas sama sekali? Awalnya mungkin kamu merasa itu hal yang wajar. Tapi, coba deh perhatikan lagi. Kadang, cara pasangan kita membalas chat itu bisa jadi cerminan dari dinamika hubungan yang lebih dalam, dan siapa tahu, mungkin ada beberapa red flag yang perlu diwaspadai.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Jangan anggap remeh hal kecil kayak gini, karena komunikasi yang sehat itu penting banget dalam hubungan. Nah, kalau kamu merasa ada yang nggak beres dari cara pasanganmu membalas pesan, yuk, kita lihat 7 tanda red flag yang bisa muncul hanya lewat cara mereka membalas chat. Semua ini bisa jadi indikasi walaupun dimulai dari hal-hal sepele, loh!

1. Ghosting

Ghosting. Siapa sih yang nggak tahu? Saat pasangan tiba-tiba menghilang tanpa kabar, ini bisa jadi sinyal besar bahwa hubunganmu nggak sehat. Apalagi kalau ini terjadi berulang kali. Bisa jadi pasanganmu sengaja menghindari masalah atau nggak mau berhadapan dengan perasaan yang sebenarnya. Biasanya, orang yang melakukan ghosting itu cenderung nggak siap untuk berkomitmen atau lebih suka menghindar dari situasi yang menantang.

Menurut penelitian yang diterbitkan di Journal of Social and Personal Relationships (2019), ghosting adalah salah satu bentuk penghindaran emosional yang sering terjadi dalam hubungan modern. Orang yang melakukan ghosting biasanya cemas terhadap kedekatan emosional dan menggunakan menghilang sebagai mekanisme untuk melarikan diri dari ketegangan emosional.

Jadi jika terdapat hal-hal seperti di atas jangan biarkan dirimu terjebak dalam situasi tanpa kejelasan. Jika kamu merasa ghosting terjadi terus menerus, itu saatnya untuk bicara terbuka dan cari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

2. Balasan Singkat dan Dingin

Jika pasanganmu sering membalas pesanmu dengan kalimat singkat seperti “Iya”, “Ok”, atau “Terserah”, mungkin kamu mulai merasa nggak dihargai. Balasan yang terkesan cuek dan dingin bisa jadi indikasi kalau pasanganmu nggak terlalu tertarik atau bahkan menghindari komunikasi yang lebih emosional. Jangan salah, ini bukan cuma soal malas ngetik. Dalam psikologi hubungan, ini bisa jadi tanda avoidant attachment, yaitu pola keterikatan di mana seseorang cenderung menjaga jarak emosional.

Menurut penelitian dari University of California (2018), orang dengan gaya keterikatan menghindar cenderung menghindari kedekatan emosional dan berkomunikasi dengan cara yang dingin atau minimalis. Mereka merasa tidak nyaman dengan intensitas hubungan yang lebih dalam.

Maka cobalah untuk mencari tahu apakah ada masalah komunikasi atau bahkan masalah lain dalam hubungan. Jangan ragu untuk berbicara langsung dan jelas mengenai perasaanmu.

3. Breadcrumbing

“Breadcrumbing” itu seperti permainan halus untuk memberikan perhatian secuil saja, supaya kamu tetap merasa ada harapan, tapi sebenarnya dia nggak berniat untuk serius. Contoh mudahnya, dia balas pesan dengan emoji lucu atau komen “Kamu lucu banget”, tapi nggak pernah melanjutkan percakapan atau nggak ada niat untuk bertemu. Perasaan kamu jadi ngambang dan penuh tanda tanya.

Menurut Psychology Today (2020), breadcrumbing adalah bentuk manipulasi emosional yang sering dilakukan untuk mempertahankan perhatian seseorang tanpa harus berkomitmen atau terlibat secara lebih dalam dalam hubungan. Orang yang sering breadcrumbing biasanya tidak tahu apa yang mereka inginkan dari hubungan, atau malah merasa nyaman dengan hubungan yang tidak jelas.

Jadi jangan biarkan diri terus-terusan diberi harapan palsu. Kalau hubungan kamu sudah nggak jelas arahnya, lebih baik ajak pasangan untuk membicarakan apa yang sebenarnya diinginkan dari hubungan ini.

4. Over-Checking

Kamu lagi makan sama temen, tiba-tiba dia nanya, “Kamu lagi sama siapa?” atau “Kenapa baru balas, kok lama banget?” Itu bisa jadi tanda dia merasa perlu mengontrol kamu. Orang yang terus-terusan mengecek, menuntut balasan cepat, atau memeriksa status online kamu, bisa jadi nggak merasa aman dalam hubungan tersebut.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Attachment Theory yang dipopulerkan oleh John Bowlby (1988), gaya keterikatan yang cemas (anxious attachment) menyebabkan seseorang merasa perlu mengawasi setiap gerak-gerik pasangan sebagai cara untuk mengurangi kecemasannya.

Jika pasangan terlalu mengawasi, itu bisa jadi tanda kecemasan berlebihan. Ingatkan dia untuk memberi ruang dan kepercayaan dalam hubungan. Percakapan terbuka tentang batasan dalam hubungan sangat penting.

5. Sarkasme yang Merendahkan

“Ah, kamu terlalu sensitif deh!” atau “Bercanda kok, jangan baper!” Coba perhatikan apakah pasanganmu sering menggunakan sarkasme yang merendahkan kamu. Mungkin mereka berpikir itu cuma bercanda, tapi sebenarnya ini adalah bentuk agresi pasif. Sarkasme sering digunakan untuk menyampaikan perasaan marah atau frustrasi tanpa harus mengungkapkan secara langsung. Hal ini bisa sangat merusak kepercayaan diri dan komunikasi dalam hubungan.

Menurut kajian The Journal of Personality and Social Psychology (2005), agresi pasif seperti sarkasme bisa merusak hubungan karena menciptakan ketegangan yang tidak terselesaikan dan mengurangi keterbukaan antar pasangan.

Jika sarkasme ini mulai membuat kamu merasa terhina atau bingung, ajak pasangan untuk berdiskusi tentang bagaimana hal itu mempengaruhi perasaanmu. Hubungan yang sehat tidak perlu diwarnai dengan sindiran atau humor yang menyakitkan.

6. Sok Sibuk

Satu hal yang perlu kamu tahu, alasan “selalu sibuk” yang sering dikatakan pasangan itu bisa jadi cara mereka untuk menghindari kedekatan emosional. Pasangan yang tidak ingin terlibat lebih dalam dalam hubungan akan menggunakan kesibukan sebagai alasan untuk menjaga jarak dan menjaga diri mereka dari keterlibatan emosional.

Menurut penelitian University of California (2015), pasangan dengan gaya keterikatan menghindar cenderung menghindari kedekatan emosional, dan mereka sering merasa cemas dengan kedekatan yang semakin dalam dalam hubungan. Akibatnya, mereka sering menggunakan alasan “sibuk” untuk menghindari waktu bersama atau percakapan mendalam.

Cobalah untuk berbicara dengan pasanganmu tentang seberapa pentingnya waktu bersama dan apakah dia merasa nyaman dengan kedekatan emosional dalam hubungan.

7. Balasan Cepat Tapi Kosong

Balasan yang cepat memang penting dalam hubungan, tetapi bagaimana jika balasan tersebut terasa kosong? Misalnya, pasangan selalu jawab “Iya”, “Gitu ya?”, tanpa memberi tanggapan lebih lanjut tentang apa yang kamu bicarakan. Ini bisa jadi tanda kalau pasangan menghindari percakapan yang lebih dalam.

Menurut Psychology Today (2018), orang yang menghindari kedalaman emosional cenderung menjaga percakapan tetap di permukaan dan menghindari topik-topik yang bisa membuka pintu bagi keterlibatan emosional yang lebih dalam.

Jika kamu merasa percakapanmu selalu dangkal dan tidak ada kedalaman, ajak pasangan untuk membicarakan apa yang kamu rasakan. Jangan takut untuk meminta percakapan yang lebih terbuka dan jujur.

Cara pasangan membalas chat bukan hanya soal kecepatan atau panjangnya pesan. Ini bisa jadi cermin dari dinamika emosional yang terjadi dalam hubungan kalian. Jika kamu mulai melihat pola-pola di atas, jangan biarkan itu berlanjut tanpa klarifikasi. Ingat, hubungan yang sehat harus didasarkan pada komunikasi yang terbuka, saling percaya, dan tentu saja, saling menghormati. Jangan takut untuk berbicara dan mencari solusi bersama.