Pinterpedia.com – Instagram baru saja mencatatkan tonggak yang sulit dilewatkan. Aplikasi berbagi foto dan video milik Meta kini dipakai tiga miliar orang setiap bulan. Angka ini menggambarkan skala raksasa sebuah platform yang terus menguasai ruang digital dunia, meskipun kompetisi dari TikTok, YouTube Shorts, dan X semakin ketat. Pertumbuhan tersebut memperlihatkan betapa besar peran Instagram dalam kehidupan sosial, bisnis, hingga budaya pop global.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Lonjakan Pengguna dan Tekanan Baru bagi Instagram

Tiga miliar pengguna aktif bukan hanya soal kebanggaan korporasi. Semakin banyak orang yang bergantung pada Instagram, semakin tinggi pula tekanan untuk menjaga kualitas pengalaman mereka. Angka fantastis ini ibarat dua sisi mata uang: di satu sisi menegaskan dominasi, di sisi lain menghadirkan tantangan besar.

Pertanyaan pun bermunculan. Apakah semua akun yang tercatat benar-benar aktif manusia, atau ada persentase signifikan yang diisi bot? Kritik terhadap data Meta bukan hal baru. Investor, analis, bahkan sebagian pengguna kerap menyoroti ketidakjelasan definisi “aktif.” Namun, apa pun jawaban dari perdebatan itu, angka tiga miliar tetap menjadi pencapaian yang sulit disaingi platform lain.

Kontrol Feed, Janji Memberi Ruang pada Pilihan Pengguna

Bersamaan dengan pengumuman pertumbuhan pengguna, Instagram memperkenalkan langkah baru yang cukup berani: fitur kontrol feed. Selama ini banyak yang mengeluh karena layar mereka penuh dengan unggahan yang terasa acak, didorong algoritma tanpa pertimbangan personal. Melalui fitur ini, pengguna bisa menentukan sendiri jenis konten yang ingin lebih sering muncul atau malah dikurangi.

Inisiatif ini bisa menjadi titik balik hubungan antara pengguna dengan algoritma. Selama bertahun-tahun, Instagram memaksa pengguna untuk menelan konten hasil hitungan mesin. Kini ada upaya mengembalikan sebagian kendali itu. Bayangkan jika seseorang lebih suka konten edukasi, maka cukup tekan tombol pilihan dan feed akan lebih ramah pengetahuan. Sebaliknya, jika merasa jenuh dengan konten gosip atau video sensasional, pengguna bisa menyingkirkannya tanpa harus memblokir akun.

Langkah ini juga sejalan dengan tren global yang menuntut transparansi platform. Studi dari World Tourism Organization hingga riset terbaru di bidang personalisasi digital menunjukkan, pengguna kini lebih menghargai ruang yang bisa mereka kelola sendiri daripada sekadar menjadi obyek algoritma.

Tantangan dan Risiko di Balik Inovasi Baru

Tentu tidak ada solusi tanpa risiko. Memberikan kendali pada pengguna bisa menimbulkan gelembung informasi

Halaman:
1 2