Pinterpedia.com – Papua Barat bersiap menggelar sebuah perjalanan yang bukan sekadar agenda pariwisata, melainkan sebuah narasi panjang tentang laut, hutan, manusia, dan masa depan. Papua Barat Journey 2025 akan berlangsung pada November mendatang, menghadirkan kisah yang menghubungkan kedalaman Teluk Doreri yang tenang dengan hamparan Pegunungan Arfak yang menyimpan ribuan rahasia alam. Di tengah gempuran destinasi populer yang sering kali berakhir menjadi komoditas massal, ekspedisi ini menawarkan sesuatu yang berbeda: sebuah jendela baru untuk melihat Indonesia Timur sebagai ruang hidup, bukan sekadar panggung hiburan sementara.
Bayangkan seorang penyelam yang turun ke dasar Teluk Doreri, matanya menangkap bayangan kapal karam dari era perang dunia. Karang-karang tumbuh liar, menyulam lambung besi menjadi taman bawah laut. Tukik kecil berenang keluar dari pasir menuju ombak pertama dalam hidupnya. Adegan-adegan ini bukan hanya romantika, melainkan potret nyata dari betapa rapuhnya ekosistem yang terus dijaga agar tidak hancur oleh arus wisata tak terkendali. Program konservasi yang digulirkan dalam Papua Barat Journey menghadirkan pelatihan bagi pemuda lokal: bagaimana menanam kembali karang, merawat penyu, hingga memandu wisatawan tanpa mengorbankan ekosistem.
Dari Laut ke Ruang Konservasi
Teluk Doreri tidak hanya menyimpan keindahan laut, tetapi juga kisah kelam masa perang. Kapal-kapal karam yang kini menjadi terumbu buatan adalah saksi bisu pertempuran besar. Menggabungkan wisata bawah laut dengan pengetahuan sejarah memberikan pengalaman ganda: menyelam sekaligus menelusuri catatan masa lalu. Seperti menyaksikan museum terbuka, hanya saja semua benda pamerannya berada di dasar laut.
Program konservasi yang berjalan bersamaan dengan aktivitas wisata menjadi fondasi penting. Wisatawan yang datang tidak lagi diposisikan sekadar penonton, melainkan peserta yang diajak menanam karang, melepas tukik, dan memahami mengapa laut harus dijaga. Dengan cara ini, pengalaman wisata berubah menjadi keterlibatan emosional. Mereka pulang tidak hanya membawa foto, tetapi juga kesadaran.
Menapak Pegunungan Arfak
Perjalanan berlanjut menanjak ke kawasan Pegunungan Arfak. Di sini udara menjadi dingin dan langit tampak lebih dekat. Burung-burung endemik, sebagian besar hanya bisa ditemukan di Papua, menjadi magnet bagi pengamat satwa dari seluruh dunia. Kampung Kwau, sebuah desa kecil di lereng, bersiap menyambut dengan rumah kayu dan cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun. Interaksi dengan masyarakat adat bukanlah atraksi artifisial. Mereka hadir sebagai tuan rumah yang menunjukkan