bagaimana hutan adalah ruang hidup, ladang pangan, sekaligus kitab pengetahuan ekologis yang diwariskan tanpa aksara.
Gunung bukan hanya panorama, ia adalah benteng keanekaragaman hayati. Para peneliti mencatat kawasan ini menyimpan lebih dari 300 spesies burung, termasuk cendrawasih yang menjadi simbol Papua. Melalui Papua Barat Journey, kawasan ini diperkenalkan bukan hanya sebagai destinasi trekking, tetapi juga laboratorium alam. Wisatawan diajak untuk memahami keterkaitan antara hutan, iklim, dan kehidupan masyarakat yang bergantung pada kesuburan tanah.
Papua Barat Journey 2025 pada akhirnya tidak hanya sebuah agenda perjalanan, melainkan menjadi narasi yang lebih besar: bagaimana sebuah wilayah di ujung timur Indonesia mencoba membangun wajah baru pariwisata, dengan menempatkan alam dan budaya sebagai aktor utama. Dari kedalaman Teluk Doreri yang menyimpan kapal karam hingga puncak Pegunungan Arfak yang menjadi rumah burung cendrawasih, Papua Barat menunjukkan bahwa keindahan tidak hanya ada pada lanskap, tetapi juga pada cara manusia menjaga dan merayakannya.
November 2025 akan menjadi awal. Pertanyaannya, apakah ini sekadar momentum sesaat, atau benar-benar pintu masuk bagi era baru pariwisata Indonesia Timur? Jawaban itu bergantung pada sejauh mana semua pihak, pemerintah, masyarakat, wisatawan, dan investor mampu menjaga komitmen. Karena gerbang yang sedang dibuka ini bukan hanya untuk wisata, tetapi untuk masa depan ruang hidup bersama.