Jejak Pendekar dari Lembah Sembuya – Bagian 1: “Awal Perjalanan”
Di Lembah Sembuya yang terletak jauh di pedalaman, Alindra, seorang pemuda berusia 23 tahun, tengah berlatih di pinggir sungai. Ia berlatih gerakan silat yang diajarkan oleh kakeknya, Pendekar Sembuyo, seorang legenda hidup yang dikenal oleh penduduk desa sebagai penjaga kedamaian.
“Alindra, jangan terlalu terburu-buru,” suara kakek terdengar dari kejauhan. “Ilmu yang kau pelajari bukan hanya tentang kekuatan, tapi juga ketenangan hati.”
Alindra berhenti sejenak dan menatap kakeknya yang duduk di bawah pohon besar, mengamati setiap gerakannya dengan penuh perhatian. “Kakek, aku merasa ada yang aneh. Sesuatu yang lebih besar akan datang. Aku bisa merasakannya.”
Kakek Sembuyo tersenyum bijak, “Kau selalu terlalu cepat merasakan, Alindra. Namun, hati-hati. Jangan biarkan perasaanmu mengaburkan tujuanmu.”
Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh yang datang dari arah hutan. Alindra menatap kakeknya, yang wajahnya kini tampak serius. “Kakek, itu… suara apa?”
“Jangan keluar dulu,” perintah kakek. “Tetap di sini, dan ingat kata-kataku.”
Namun, rasa penasaran membuat Alindra tak bisa menahan diri. Tanpa memperhatikan peringatan kakek, ia melangkah menuju hutan, mengikuti suara gemuruh yang semakin jelas terdengar. Sesampainya di pinggir hutan, Alindra terkejut melihat beberapa orang asing yang tengah bergerak cepat melintasi lembah. Mereka mengenakan pakaian hitam dan membawa senjata yang tampaknya tidak biasa.
“Siapa mereka, kakek?” Alindra bertanya, masih bingung.
Kakek Sembuyo muncul di belakangnya, membawa sebuah keris tua. “Mereka adalah pencari, Alindra. Pencari sesuatu yang sudah lama tersembunyi di lembah ini.”
“Tapi… apa yang mereka cari?” tanya Alindra dengan suara penuh rasa ingin tahu.
Kakek Sembuyo menatap dalam-dalam ke mata Alindra, “Kekuatan. Kekuatan yang lebih besar dari apa pun yang bisa kau bayangkan. Dan kekuatan itu ada di tanganmu.”
“Di tanganku?” Alindra terkejut. “Aku belum siap, kakek.”
“Kau tidak perlu siap, Alindra. Itu sudah ditakdirkan. Tapi yang perlu kau tahu, ada ancaman yang lebih besar. Kau harus pergi, sekarang juga. Jangan tunda lagi.”
Tanpa sempat menjawab, Alindra melihat bayangan gelap bergerak di antara pepohonan. Kakeknya mengangkat keris dan mengarahkannya ke langit. “Kamu adalah penerusnya. Jangan biarkan mereka menguasainya.”
Alindra merasakan degup jantungnya semakin cepat. “Aku akan pergi, kakek. Tapi… apa yang harus kulakukan?”
Kakek Sembuyo menatapnya dengan serius, “Kau harus menemui orang-orang yang bisa membantumu, dan jangan pernah kembali sampai tugasmu selesai. Lembah ini bukan tempat untuk bertahan, Alindra. Lembah ini adalah awal dari perjalananmu.”