Misteri Pusaka Tali Sangka – Bagian 5: Pintu Menuju Dunia Lain
Damar menatap batu hitam di altar dengan tatapan penuh kebingungan. Setiap desahan napasnya terdengar memekakkan telinga di dalam ruangan yang sunyi. Cahaya biru yang menyala dari simbol-simbol kuno di atas batu itu semakin kuat, seakan memberitahunya bahwa ia tak bisa mundur. Suara yang ada di dalam pikirannya berputar-putar, mengingatkan akan risiko yang harus dihadapi.
“Kekuatan yang ada di dalam keris ini… apakah benar aku siap menghadapinya?” gumamnya, memandang pusaka di tangannya yang seolah bernyawa. Tali Sangka—keris yang telah membawanya sejauh ini, seakan ingin membawa dia ke takdir yang lebih besar.
Namun, sebelum Damar sempat membuat keputusan, sebuah angin dingin berhembus kuat. Di depan altar, bayangan-bayangan para roh yang mengambang mulai bergerak, melayang di udara, menyelubungi ruangan dengan kesan menakutkan. Mereka seakan mengulurkan tangan, meraih Damar, berharap atau mungkin malah menakutkan.
“Jangan lakukan itu, Damar,” bisik suara yang berat dan dalam. Suara yang lebih dalam dari sebelumnya, seolah datang dari inti bumi, menyentuh dasar keberadaannya. “Membuka peti itu akan membebaskan sesuatu yang tak seharusnya keluar. Kekuatan yang tertahan terlalu lama.”
Damar merasakan gegar di tubuhnya, namun tekadnya tidak bergeming. Ia tahu ini adalah pilihan besar. Ia bisa menutup mata dan mengabaikan semua yang telah terjadi, atau ia bisa menghadapinya dengan berani. Dengan tangan yang gemetar, ia meraih batu itu, mendekatinya, dan menatap simbol yang terukir di permukaannya. Sejenak, seluruh ruangan menjadi gelap.
Lalu, batu itu mulai bergetar, cahaya biru mengalir ke dalam tubuhnya. Damar merasa seolah jiwanya ditarik ke dalam dimensi lain—sebuah dunia yang penuh dengan bayangan dan gema. Di hadapannya, sosok-sosok yang seolah telah lama terlupakan mulai muncul. Mereka adalah para leluhur, makhluk yang telah ada jauh sebelum dunia ini terbentuk.
“Damar Tunjung,” suara itu kembali bergema, lebih jelas dan lebih kuat. “Kau adalah kunci yang menghubungkan dua dunia. Dunia ini dan dunia leluhur. Apa yang kau pilih akan menentukan nasib kedua dunia ini.”
Damar memandang sekitar, melihat dunia yang terguncang dan retak. Ia merasa perasaan berat melingkupi dadanya. Setiap pilihan yang ia buat, membawa akibat yang sangat besar. Tak ada jalan mundur.
“Apakah kau siap menghadapi dunia yang lebih besar, Damar? Dunia yang tak hanya diatur oleh manusia, tetapi juga oleh kekuatan yang lebih besar dari yang bisa dipahami oleh pikiranmu.”
Dengan hati yang penuh keraguan namun tidak ada jalan lain, Damar memutuskan untuk melangkah maju. Dunia yang telah lama terpisah ini harus disatukan, meskipun itu berarti ia harus membayar harga yang sangat tinggi.
Damar mengangkat keris Tali Sangka tinggi-tinggi, dan dengan suara yang memecah kesunyian, ia mengucapkan kata-kata kuno yang hanya bisa dipahami oleh jiwa yang siap untuk menyatu dengan dunia leluhur. Seiring dengan itu, cahaya biru menyelimuti seluruh tubuhnya, dan sebuah portal besar terbuka di hadapannya—menghubungkan dunia ini dengan dunia yang telah lama hilang.
Damar melangkah ke dalam cahaya itu, merasa dirinya semakin jauh dari dunia yang telah ia kenal. Di hadapannya, dunia leluhur terbentang luas, dengan langit yang berkilauan penuh dengan bintang-bintang yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Tanah di bawah kakinya terasa kuat dan kokoh, namun ada rasa asing yang merayapi dirinya—seolah ia telah memasuki dunia yang benar-benar baru, sebuah dunia yang tidak lagi terikat oleh waktu.
Di kejauhan, sebuah kota yang megah mulai terlihat, dengan bangunan-bangunan yang terbuat dari batu hitam yang berkilau. Suasana di sekitar sangat berbeda. Ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang membangkitkan rasa takut sekaligus kagum. Damar tahu, ia baru saja membuka jalan bagi sesuatu yang jauh lebih besar—sesuatu yang bahkan lebih kuat dari apapun yang ia bayangkan.
“Ini baru permulaan, Damar Tunjung,” suara itu kembali terdengar, kini lebih dekat, menggetarkan jiwa. “Kekuasaan yang kau pegang tidak hanya akan mengubah takdirmu, tetapi juga takdir dari kedua dunia ini. Tapi ingatlah, tidak ada yang bisa kembali setelah melewati pintu ini.”
Damar menggenggam keris Tali Sangka lebih erat. Dunia ini penuh dengan misteri dan bahaya yang belum terungkap. Ia tahu bahwa perjalanan ini belum berakhir. Pintu yang telah terbuka ini hanya memperkenalkan babak baru dalam hidupnya—sebuah perjalanan yang penuh dengan keputusan-keputusan besar dan ujian yang tak terbayangkan sebelumnya.
Namun, dalam hatinya, ada satu keyakinan yang membuatnya terus maju. Takdir mungkin tidak bisa dihindari, tapi ia masih memiliki kekuatan untuk menentukannya.