Pinterpedia.com – India dikenal sebagai rumah bagi ribuan film setiap tahun. Namun di balik gemerlap Bollywood yang dipenuhi lagu, tarian, dan kisah cinta megah, ada dunia lain: sinema India yang sunyi tapi tajam, yang tidak selalu laku di pasar, tapi menggetarkan mereka yang berani menontonnya. Film-film ini tidak hanya bercerita, tapi menelanjangi cara kita memandang masyarakat, identitas, dan kemanusiaan. Berikut tujuh karya yang mungkin tak pernah mampir ke layar bioskopmu, tapi layak kamu selami sebelum terlambat.
1. Neecha Nagar (1946)
Disutradarai oleh Chetan Anand, Neecha Nagar sering dianggap sebagai fondasi sinema realisme sosial India. Film ini memenangkan Grand Prix di Festival Film Cannes pertama (1946), tapi ironisnya tak pernah dirilis secara komersial di India sendiri.
Kisahnya sederhana, yaitu tentang pertarungan kelas antara kaum miskin yang tinggal di lembah (neecha nagar) dan kaum kaya yang berkuasa di atas bukit. Namun di balik kesederhanaan itu, Anand menghadirkan simbolisme tajam tentang ketimpangan sosial. Tidak ada tarian megah, tak ada bintang glamor, hanya potongan kehidupan yang getir dan jujur.
Film ini seperti surat cinta bagi kejujuran sinema: miskin secara produksi, tapi kaya secara nurani.
2. Court (2014)
Film berbahasa Marathi ini nyaris tanpa musik, tanpa emosi berlebihan. Chaitanya Tamhane, sutradaranya, membangun dunia pengadilan yang dingin dan bertele-tele seperti sistemnya sendiri.
Seorang penyair rakyat dituduh memprovokasi bunuh diri seorang pekerja. Namun film ini tidak mengejar kebenaran kasus itu; ia menyorot absurditas birokrasi, bahasa hukum yang mengalienasi, dan wajah-wajah manusia yang terperangkap di dalamnya.
Menontonnya seperti menghadiri sidang yang tak berujung, melelahkan tapi mencerahkan.
3. A Death in the Gunj (2016)
Karya debut Konkona Sen Sharma ini adalah film yang berjalan pelan tapi menekan dada. Berlatar tahun 1979 di pedalaman India, cerita ini mengikuti Shutu, pemuda pendiam yang terjebak dalam liburan keluarga penuh ejekan halus.
Film ini memotret kekerasan yang tak selalu fisik, rasa terasing, tekanan sosial, ekspektasi gender. Di akhir, semua tawa berubah jadi senyap panjang yang sulit dilupakan.
Bagi penonton yang terbiasa dengan narasi besar, A Death in the Gunj terasa seperti bisikan yang menghantam lebih keras daripada teriakan.
4. Titli (2014)
Dibuat oleh Kanu Behl, Titli menunjukkan sisi Delhi yang jarang