Pinterpedia.com – Pernah nggak kamu buka aplikasi Spotify, siap memutar lagu favorit, lalu mendapati album atau nama band kesayanganmu lenyap begitu saja? Tenang, bukan ponselmu yang error. Memang ada musisi yang memilih untuk menarik seluruh katalog mereka dari Spotify. Tahun 2025 ini, gelombang hengkang itu semakin besar, sampai-sampai jadi perbincangan serius di kalangan penggemar musik dan industri.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Pertanyaannya sederhana tapi bikin penasaran: kenapa mereka memilih pergi dari platform yang katanya jadi “raja” streaming musik dunia? Setelah ditelusuri, ternyata ada tiga alasan utama yang cukup masuk akal, dan semuanya berkaitan erat dengan hal-hal yang sering luput kita pikirkan ketika menekan tombol “play”.

1. Alasan Etika

Alasan pertama yang paling bikin heboh adalah soal investasi CEO Spotify, Daniel Ek, di sektor pertahanan militer berbasis kecerdasan buatan. Kedengarannya seperti dua dunia yang nggak ada hubungannya: musik dan senjata. Tapi di sinilah masalahnya.

Musisi melihat musik sebagai ruang ekspresi, pengobat luka, bahkan penyambung empati antarmanusia. Bayangkan kalau karya mereka justru jadi bagian dari aliran uang yang mendukung teknologi perang. Rasanya seperti menulis puisi cinta yang kemudian dijadikan slogan untuk menjual senjata.

Band-band internasional seperti Massive Attack dan Deerhoof menolak keras hal ini. Mereka lebih rela kehilangan jutaan pendengar di Spotify daripada merasa karya mereka jadi bagian dari sesuatu yang bertolak belakang dengan nilai kemanusiaan. Keputusan mereka bukan sekadar emosional, tapi juga simbolis: “musik ini bukan untuk perang.”

Bagi banyak musisi, integritas jauh lebih penting daripada eksposur. Dan itulah kenapa isu etika jadi pemicu utama gelombang eksodus ini.

2. Royalti Musik

Sekarang mari kita bicara

Halaman:
1 2 3 4