Proses ini merubah cara pola cuaca bekerja dan membuat prediksi jangka panjang semakin sulit dilakukan.
Sebagai contoh, peristiwa El Niño yang membawa cuaca panas dan kering, atau La Niña yang membawa hujan lebat, kini tidak lagi bisa diprediksi dengan mudah. Perubahan iklim menyebabkan pola cuaca ini menjadi lebih sering terjadi, lebih intens, dan jauh lebih sulit diprediksi oleh para ilmuwan.
Dalam artikel yang dipublikasikan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), peran perubahan iklim dalam mempengaruhi siklus cuaca global semakin jelas. Dampaknya, prakiraan cuaca menjadi lebih berisiko meleset, terutama dalam jangka panjang.
4. Ketidakmampuan Model Cuaca untuk Menghitung Variabel Lokal
Model cuaca global memang canggih, tetapi ia sering kali tidak bisa menangkap detail lokal yang ada. Bayangkan cuaca di gunung dan pantai yang hanya berjarak beberapa kilometer. Cuaca yang berbeda antara dua tempat ini sering kali disebabkan oleh faktor geografi lokal, seperti pegunungan, aliran angin, dan posisi geografis yang memengaruhi suhu dan kelembapan.
Namun, model cuaca global tidak selalu bisa menangkap hal-hal tersebut. Sebagai contoh, daerah pegunungan yang tinggi dan terjal seringkali memiliki cuaca yang sangat berbeda dari dataran rendah yang lebih terbuka. Perubahan kondisi ini jarang diprediksi dengan akurat karena model global cenderung hanya memberi gambaran besar dan tidak cukup detail untuk variabel lokal seperti ini.
Menurut World Meteorological Organization (WMO), wilayah dengan topografi ekstrem atau daerah yang memiliki iklim mikro sangat sulit diprediksi menggunakan model cuaca global, sehingga sering menambah ketidakakuratan dalam prediksi.
5. Ketergantungan pada Data yang Tidak Tepat Waktu
Prakiraan cuaca berfungsi dengan data