yang terus diperbarui. Namun, jika data yang digunakan tidak diperbarui secara real-time atau hanya tersedia dengan interval waktu yang lama, hasil prediksi bisa sangat meleset.
Sebagai contoh, sering kali kita mengandalkan data cuaca yang sudah usang, seperti prakiraan yang dikeluarkan beberapa jam sebelumnya, namun situasi di lapangan sudah berubah. Teknologi satelit dan radar memang membantu, tetapi apabila data tersebut tidak diperbaharui secara terus-menerus, prakiraan yang keluar bisa jauh dari kenyataan.
Seperti yang dijelaskan oleh European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF), data yang tidak akurat atau terlambat diinput ke dalam sistem bisa berujung pada prakiraan cuaca yang meleset.
6. Faktor Lokal yang Sulit Diprediksi
Terkadang, cuaca yang kita alami itu dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal yang tidak mudah diperkirakan, seperti mikroklimat, pola angin lokal, atau pergerakan suhu yang terjadi secara tiba-tiba. Misalnya, daerah dengan kelembapan tinggi bisa mendadak mengalami hujan akibat perbedaan suhu yang tajam, yang tidak selalu bisa dijangkau oleh model global.
Selain itu, fenomena lokal seperti kabut atau angin laut yang tiba-tiba datang juga sulit diprediksi dengan alat canggih. Ini semua adalah faktor alami yang tidak bisa dihitung dengan pasti.
Menurut studi yang dipublikasikan oleh American Meteorological Society, perubahan cuaca lokal yang cepat karena kondisi alam atau fenomena mikroklimat adalah faktor yang sering kali menyebabkan ketidakakuratan prakiraan cuaca.
Walaupun teknologi cuaca saat ini sudah sangat canggih, masih ada banyak faktor yang menyebabkan perkiraan cuaca tidak selalu akurat. Perubahan iklim, keterbatasan data lokal, dan ketergantungan pada aplikasi cuaca yang tidak selalu mengandalkan data resmi adalah beberapa alasan yang