atau pabrik berkapasitas besar, tinggi bisa mencapai 30 hingga 60 meter. Jadi, semakin besar potensi polusi, semakin tinggi pula cerobong yang dibutuhkan. Dengan begitu, partikel berbahaya tidak langsung masuk ke paru-paru warga sekitar.
Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi
Tinggi cerobong tidak bisa diputuskan hanya dari sisi pabrik. Kondisi lingkungan sekitar juga punya pengaruh besar. Topografi misalnya, apakah pabrik berada di dataran, dekat bukit, atau di lembah. Jika cerobong terlalu pendek di daerah lembah, asap bisa terjebak dan menumpuk, menciptakan kabut polusi yang berbahaya. Arah angin dominan juga harus dipertimbangkan. Di daerah pesisir, angin laut bisa mendorong emisi langsung ke pemukiman. Karena itu, penentuan tinggi cerobong selalu digabung dengan data meteorologi agar asap tidak salah arah.
Syarat Teknis yang Tidak Boleh Ditinggalkan
Selain tinggi, ada syarat teknis lain yang tidak kalah penting. Pertama, diameter cerobong harus cukup agar aliran gas buang stabil. Cerobong terlalu sempit membuat tekanan meningkat dan bisa menimbulkan kerusakan pada mesin produksi. Kedua, kecepatan gas keluar biasanya disyaratkan minimal 20 meter per detik supaya asap tidak langsung jatuh kembali ke bawah. Ketiga, cerobong wajib punya lubang sampling di posisi tertentu untuk uji kualitas emisi. Tanpa lubang ini, mustahil melakukan pengawasan yang akurat.
Material cerobong juga tidak bisa asal pilih. Gas buang sering mengandung zat korosif seperti sulfur. Kalau cerobong dibuat dari bahan tipis atau murah, dalam hitungan tahun ia bisa keropos. Karena itu, baja tahan karat atau material khusus yang dilapisi pelindung sering dipakai agar usia cerobong panjang dan aman.
Dampak Jika Standar Tidak Dipenuhi
Tidak sedikit kasus polusi