Pinterpedia.com – Ada hal yang lebih menyakitkan daripada ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, nongkrong bareng teman, lalu sadar kamu jadi “paling kucel” di antara mereka. Rasanya kayak datang ke pesta pakai sandal jepit, sementara yang lain pakai sepatu kulit mengilap. Bukan soal iri, tapi ada keinginan kecil “Kapan ya gue bisa kelihatan berkelas di depan orang-orang tanpa harus maksa?”
Daftar Isi
- 1. Lebih Tenang Emang Paling Berkesan daripada Heboh Sendiri
- 2. Bicara Seperlunya, Tapi Isinya Daging Semua
- 3. Penampilan Rapi, Tapi Gak Ribet
- 4. Dengarkan, Jangan Nunggu Giliran Bicara
- 5. Punya Signature Style
- 6. Update Pengetahuan, Biar Obrolan Nggak Garing
- 7. Bahasa Tubuh Lebih Jujur dari Kata-Kata
- 8. Jangan Takut Jadi Diri Sendiri
- 9. Menjadi Sopan adalah Level Tertinggi
Masalahnya, banyak orang salah kaprah. Dikira berkelas itu artinya pakai barang mahal, update story liburan kesana-sini, atau pamer mobil mahal. Padahal, justru kebalikannya. Orang yang benar-benar berkelas biasanya nggak ribut pamer, tapi kehadirannya bikin nyaman, bikin dihargai, dan bikin temannya mikir, “Lah, kok dia kayak adem aja ya, vokalnya juga enak didengerin?”
Nah, biar nggak ketinggalan masalah tongkrongan, inilah 9 tips agar kamu terlihat berkelas dan tidak sekadar gaya-gayaan aja.
1. Lebih Tenang Emang Paling Berkesan daripada Heboh Sendiri
Ada penelitian psikologi sosial yang bilang orang cenderung menghormati mereka yang bisa mengontrol emosi (Gross & John, 2003). Artinya, kamu nggak perlu jadi orang paling keras ketawanya, paling banyak suaranya, atau paling sibuk update status. Justru ketenangan sering lebih bikin dihargai.
Bayangin nongkrong sama teman, ada yang heboh teriak-teriak cerita, sementara ada satu orang yang santai, senyum, tapi kalau ngomong selalu pas. Tebak siapa yang diam-diam dicatat “kelasnya”?
2. Bicara Seperlunya, Tapi Isinya Daging Semua
Orang berkelas bukan berarti pendiam. Mereka pintar memilih kata. Coba perhatiin, ngobrol ngalor-ngidul sih boleh, tapi sisipkan satu-dua kalimat bernas. Misalnya ketika teman ribut soal gosip artis, kamu lempar komentar singkat tapi nyambung dengan fakta atau wawasan ringan.
Nggak usah sok-sok bijak, cukup tunjukkan kalau kamu punya sesuatu untuk dibagikan selain basa-basi. Itu bikin teman merasa, “Eh, orang ini asik juga kalau diajak ngobrol serius.”
3. Penampilan Rapi, Tapi Gak Ribet
Kita semua tahu orang yang datang nongkrong dengan outfit penuh logo brand, tapi sayangnya sepatu belepotan dan bajunya nggak disetrika. Ingat, rapi itu kuncinya, bukan ribet. Baju sederhana tapi bersih, sepatu nggak bau, rambut tertata, itu sudah lebih dari cukup. Psikolog Albert Mehrabian pernah bilang, kesan pertama 55% ditentukan oleh penampilan (1970). Jadi, sebelum mikir beli sneakers mahal, coba cek dulu: kaus kamu ada bekas sambel nggak?
4. Dengarkan, Jangan Nunggu Giliran Bicara
Di tongkrongan, ada dua tipe orang, yang benar-benar mendengar, dan yang pura-pura dengar sambil mikirin kapan bisa motong obrolan. Tebak, mana yang kelihatan lebih berkelas?
Orang berkelas itu biasanya bikin lawan bicara merasa dihargai. Kadang cuma dengan mengangguk, nanya balik, atau sekadar memberi ruang. Percaya deh, temanmu bakal lebih betah curhat ke orang yang mau mendengar daripada yang sibuk menyiapkan panggung untuk dirinya sendiri.
5. Punya Signature Style
Bukan soal fashion doang, tapi gaya khas yang bikin orang langsung ingat kamu. Bisa cara bicara, pilihan aksesori kecil, atau kebiasaan positif tertentu. Misalnya selalu bawa buku kecil, selalu tepat waktu, atau punya cara bercanda yang nggak ngebully. Signature style ini bikin kamu berbeda tanpa perlu pamer. Orang jadi mikir, “Ah, itu si A. Dia kan yang selalu wangi parfumnya segar, gampang dikenali.”
6. Update Pengetahuan, Biar Obrolan Nggak Garing
Pernah nggak, tongkrongan tiba-tiba bahas isu politik, teknologi baru, atau film yang lagi hits, terus kamu cuma bisa bengong kayak patung? Bukan karena bodoh, tapi karena nggak update.
Nggak perlu hafal isi buku filsafat, cukup baca berita, tonton film populer, atau dengar podcast sekali-sekali. Jadi ketika obrolan geser ke topik serius, kamu bisa nyelutuk, “Eh, gue baca juga tuh…” Itu bikin orang lihat kamu punya isi, bukan cuma isi dompet.
7. Bahasa Tubuh Lebih Jujur dari Kata-Kata
Orang sering lupa, postur tubuh itu pesan pertama sebelum mulut terbuka. Berdiri tegak, tatap mata orang yang bicara, jangan main HP terus. Menurut buku klasik What Every Body is Saying (Navarro, 2008), bahasa tubuh yang terbuka bikin orang lebih percaya pada kita.
Di tongkrongan, ini penting. Kalau kamu kelihatan sibuk sendiri, orang lain males ngajak ngobrol. Tapi kalau posturmu ramah, kamu otomatis naik level di mata mereka.
8. Jangan Takut Jadi Diri Sendiri
Ironisnya, banyak orang justru kehilangan “kelas” karena terlalu berusaha meniru orang lain. Temannya suka musik indie, dia ikut-ikutan meski nggak paham. Temannya suka kopi hitam, dia maksa minum padahal lidahnya cuma cocok kopi susu dan sering kumat asam lambung. Berkelas itu justru soal konsistensi jadi diri sendiri. Kalau kamu memang suka baca komik daripada novel filsafat, ya nikmati aja. Kadang, kejujuran pada diri sendiri lebih dihargai daripada kepura-puraan.
9. Menjadi Sopan adalah Level Tertinggi
Mau secanggih apapun gaya, kalau telat datang tanpa kabar, motong obrolan orang, atau nyampah sembarangan di tongkrongan, ya semua buyar. Kesopanan sederhana—tepat waktu, nggak ngerendahin orang, bisa menghargai perbedaan—itu magnet terbesar.
Seorang antropolog, Margaret Mead, pernah bilang ukuran peradaban manusia bisa dilihat dari bagaimana kita memperlakukan satu sama lain. Nah, di lingkup kecil, peradaban itu ya tongkronganmu sendiri. Kalau kamu bisa sopan, kamu udah otomatis “berkelas.”
Terlihat berkelas di sirkel pertemanan bukan berarti berubah jadi orang lain. Justru sebaliknya: jaga diri tetap otentik, tapi hadir dengan versi terbaik. Ketenangan, cara bicara, penampilan rapi, update pengetahuan, sopan santun, itu investasi kecil yang dampaknya besar.
Besok kalau nongkrong lagi, coba terapkan satu atau dua tips ini. Lama-lama, kamu nggak cuma kelihatan berkelas di tongkrongan, tapi juga dihargai di luar sana. Dan itu kelas yang sebenarnya.