Pinterpedia.com – Orang Indonesia punya hubungan spesial dengan yang namanya antrian. Entah di bank, di rumah sakit, di halte bus, bahkan di warung bakso pinggir jalan. Rasanya antrian itu selalu punya cerita. Kadang lucu, kadang nyebelin, kadang bikin pengen nulis status panjang di media sosial.
Kalau dipikir-pikir, antrian itu sebenarnya konsep sederhana. Tinggal datang, berdiri atau duduk sesuai giliran, lalu tunggu sampai nama atau nomor kita dipanggil. Tapi entah kenapa, di negeri +62, urusan antri sering kali jadi drama tak berkesudahan. Ada saja model antri yang bikin darah naik, logika turun.
Mari kita bahas lima kesalahan model antrian ala orang Indo yang paling sering bikin emosi naik turun.
1. Nomor antrian cuma formalitas, faktanya?
Masih sering terjadi, kita semua pernah mengalaminya. Sudah ambil nomor antrian dengan penuh harapan, duduk manis sambil menunggu layar digital memanggil giliran, eh, tiba-tiba ada orang yang bisa langsung dipanggil petugas tanpa lewat prosedur. Nomor antrian yang kita pegang rasanya mendadak berubah jadi kupon undian kosong.
Sistem nomor antrian yang mestinya jadi penjamin keadilan malah jadi formalitas belaka. Petugas bilang, “Ini prioritas.” Tapi kadang prioritasnya nggak jelas. Bisa jadi kenalan, bisa jadi “orang penting”, atau sekadar orang yang pintar ngomong keras di depan loket.
Padahal kalau sistem nomor dijalankan konsisten, semua orang bisa tenang. Tidak perlu cekcok, tidak perlu tatapan sinis antar pengunjung. Nomor antrian itu seharusnya sakral, bukan sekadar kertas yang gampang dikhianati.
2. Antrian fisik yang melebar ke mana-mana
Pernah lihat antrian di kasir minimarket pas malam Minggu. Satu barisan harusnya lurus,