lebar, kucing keluar masuk sesuka hati. Padahal kucing ras punya daya tahan tubuh yang relatif lebih lemah daripada kucing kampung. Sekali ketemu kucing liar yang bawa virus, bisa langsung ketularan.
Penyakit menular seperti FIV atau FeLV gampang sekali menyebar lewat gigitan atau liur. Belum lagi risiko kecelakaan jalanan. Kalau sudah begitu, uang vaksin atau obat mahal tidak ada artinya. Kucing bisa drop dalam hitungan minggu.
Kalau ingin memberi kebebasan, lebih aman pakai leash untuk jalan-jalan singkat atau bikin kandang outdoor yang aman.
6. Menganggap perubahan kecil sebagai hal sepele
Kucing tiba-tiba malas main, tidur lebih lama, atau makan lebih sedikit sering dianggap “lagi nggak mood”. Padahal kucing ahli menyembunyikan rasa sakit. Gejala ringan bisa jadi tanda awal penyakit serius.
Banyak kasus kucing yang terlihat “baik-baik saja” ternyata sudah kena gagal ginjal stadium lanjut atau FIP. Saat pemilik sadar, biasanya sudah terlambat. Memperhatikan perilaku kecil sehari-hari adalah kunci. Kalau ada perubahan lebih dari 24 jam, segera konsultasi dokter.
7. Hanya ke dokter saat kucing sudah parah
Kesalahan terakhir ini paling sering. Pemilik merasa biaya dokter mahal, jadi menunda sampai kondisi kucing kritis. Padahal pemeriksaan rutin setahun sekali bisa mendeteksi masalah sejak dini. Sama seperti manusia, mencegah selalu lebih murah daripada mengobati.
Tes darah, urin, atau pemeriksaan gigi bisa mengungkap banyak penyakit sebelum terlambat. Dengan begitu, umur kucing ras bisa lebih panjang dan kualitas hidupnya lebih baik.
Memelihara kucing ras itu memang menyenangkan. Mereka cantik, fotogenik, dan bisa jadi teman setia. Tapi mereka juga rapuh, penuh risiko genetik, dan butuh