Pinterpedia.com – Glow up. Dua kata yang belakangan menjadi mantra baru di kalangan Gen-Z, terutama remaja perempuan. Media sosial penuh dengan video before-after, tutorial skincare, hingga challenge perubahan penampilan yang digadang-gadang bisa mengubah wajah lelah menjadi bercahaya dalam hitungan minggu. Bagi banyak remaja, glow up terdengar seperti tiket menuju rasa percaya diri, cara cepat untuk mendapat validasi, sekaligus simbol keberhasilan di dunia digital. Namun, semakin jauh tren ini menyebar, semakin jelas pula bayangan risiko yang mengintai di balik kilau kulit yang dijanjikan.
Di berbagai platform, kita bisa menemukan remaja belasan tahun dengan rak penuh produk perawatan wajah. Serum retinol, toner dengan kandungan AHA-BHA, masker eksfoliasi, hingga krim pencerah yang seharusnya berada di tangan konsumen dewasa kini dengan mudah diadopsi oleh kulit yang masih rapuh. Fenomena ini disebut sejumlah dokter sebagai “over-treatment,” kondisi di mana kulit mendapat paparan bahan aktif berlebihan yang justru merusak lapisan pelindung alaminya. Tidak jarang, kasus kulit merah, gatal, bahkan luka terbuka muncul akibat obsesi glow up.
Apa yang membuat tren ini begitu kuat? Jawabannya sederhana: algoritma. Video transformasi dengan musik dramatis dan hasil akhir yang memesona lebih sering dipromosikan oleh platform, membuat remaja merasa tertekan untuk ikut serta. Citra “sebelum” yang dianggap kusam dan “sesudah” yang tampak sempurna memberi pesan tersirat bahwa kecantikan adalah kewajiban, bukan pilihan. Tekanan sosial ini tidak hanya membuat remaja mencoba produk yang tidak sesuai, tapi juga mendorong perilaku ekstrem seperti diet ketat atau olahraga berlebihan demi mencapai glow up versi sempurna.
Efeknya tidak berhenti di kulit. Beberapa studi dermatologi mencatat penggunaan retinol atau asam eksfoliasi secara berlebihan pada usia muda dapat memicu hipersensitivitas jangka panjang. Kulit menjadi lebih tipis, mudah terbakar matahari, dan rawan iritasi kronis. Ada pula laporan yang mengaitkan diet ekstrem dengan gangguan hormonal, termasuk menstruasi tidak teratur pada remaja putri. Kondisi ini menandakan bahwa glow up bukan hanya soal kecantikan semu, tetapi sudah masuk ke ranah kesehatan fisik serius.
Menariknya, banyak remaja yang sebenarnya tidak sadar dengan apa yang mereka gunakan. Sebuah observasi dari klinik kulit di Jakarta mengungkap remaja sering kali mengombinasikan enam produk sekaligus, sebagian dengan kandungan lebih