Ibu rumah tangga sering kali dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, mengurus rumah, anak, dan pasangan dengan penuh cinta. Namun, di balik senyum manis dan rutinitas yang tampak mulus, banyak ibu rumah tangga yang mengalami masalah mental yang serius namun terabaikan. Apa saja masalah tersebut? Kenapa ini penting untuk diperhatikan? Dan bagaimana cara menghadapinya? Yuk, kita bahas bersama!
1. Stres Kronis
Siapa bilang pekerjaan ibu rumah tangga itu mudah? Mereka harus menghadapi tumpukan cucian, menyusun menu makan, memastikan anak-anak sehat dan bahagia, serta menjaga keharmonisan rumah tangga—semua dilakukan tanpa waktu yang jelas untuk istirahat. Semua ini menyebabkan stres yang berkepanjangan. Stres kronis ini bisa mempengaruhi kualitas tidur, suasana hati, bahkan kesehatan fisik ibu.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Greenhaus & Beutell (1985), stres akibat konflik pekerjaan-keluarga sering dialami ibu rumah tangga yang memiliki peran ganda, yaitu mengurus rumah tangga dan pekerjaan lain. Stres kronis ini dapat mempengaruhi kesejahteraan mereka secara keseluruhan. Ibu perlu belajar untuk membuat batasan dalam rutinitasnya. Cobalah untuk memberi waktu untuk diri sendiri, meskipun hanya sebentar, seperti membaca buku, meditasi, atau sekedar menikmati secangkir teh tanpa gangguan.
2. Kelelahan Emosional: Habis Energi, Tanpa Peningkatan
Rutinitas yang sibuk bisa menguras energi fisik, tetapi yang lebih parah adalah kelelahan emosional. Saat ibu merasa sudah memberikan segalanya untuk keluarga, tetapi tetap merasa kosong dan tidak dihargai, itu bisa memicu perasaan letih yang tidak hanya fisik, tetapi juga mental. Rasanya seperti memberi tanpa menerima, yang lama kelamaan bisa menumbuhkan rasa frustrasi.
Penelitian oleh O’Hara & McCabe (2013) menyebutkan bahwa ibu yang mengalami depresi pasca-melahirkan seringkali merasakan kelelahan emosional yang mendalam akibat beban peran yang sangat berat, tanpa dukungan yang cukup. Salah satu cara terbaik untuk mengatasi kelelahan emosional adalah dengan menghargai diri sendiri. Tentukan waktu untuk rehat dan nikmati aktivitas yang menyenangkan tanpa merasa bersalah. Jika perlu, bicara dengan pasangan atau teman dekat tentang perasaan Anda.
3. Depresi Pasca Melahirkan
Setelah melahirkan, banyak ibu yang merasa tidak ada waktu untuk dirinya sendiri. Ditambah dengan perubahan hormon, perasaan cemas, dan kelelahan yang tak terhindarkan, beberapa ibu bahkan mengalaminya dalam bentuk depresi pasca melahirkan. Ini adalah masalah serius yang sering tidak terdeteksi karena ibu sering merasa malu atau takut untuk mengakuinya.
O’Hara & McCabe (2013) dalam risetnya mengungkapkan bahwa depresi pasca melahirkan tidak hanya berdampak pada ibu, tetapi juga pada hubungan mereka dengan anak, karena ibu merasa terjebak dalam perasaan cemas yang berlarut-larut. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Banyak ibu yang merasa lega setelah berbicara dengan konselor atau psikolog. Jangan anggap remeh perasaan Anda, karena kesehatan mental ibu sangat penting untuk keluarga.
4. Perasaan Tidak Cukup Baik
Di masyarakat kita, ada standar tak tertulis tentang menjadi ibu yang sempurna—selalu menjaga rumah bersih, anak-anak selalu sehat, dan makan malam selalu lezat. Hal ini membuat banyak ibu merasa mereka tidak cukup baik jika tidak memenuhi semua ekspektasi tersebut. Perasaan tidak cukup baik ini bisa menyebabkan rasa rendah diri yang mendalam.
Penelitian oleh Gross (1988) menunjukkan bahwa perasaan tidak cukup baik sering dialami ibu rumah tangga yang tidak merasa dihargai dalam peranannya sebagai ibu dan istri, dan dampaknya terhadap kesehatan mental mereka. Ingat, tidak ada ibu yang sempurna. Setiap ibu memiliki peran unik. Fokus pada hal-hal yang bisa Anda lakukan dengan baik, dan jangan terlalu keras pada diri sendiri. Terkadang, sebuah senyum dari anak Anda adalah hal terbaik yang bisa Anda capai hari itu.
5. Kecemasan
Kecemasan ibu rumah tangga seringkali datang dalam bentuk takut akan masa depan. Apakah keluarga akan selalu sehat? Apakah anak-anak akan berhasil dalam hidup? Banyak ibu yang terjebak dalam kekhawatiran yang berlebihan tentang hal-hal yang belum tentu terjadi. Kecemasan ini bisa mengganggu kehidupan sehari-hari.
Menurut Field (2010), kecemasan yang dialami ibu seringkali berkaitan dengan ketidakpastian tentang masa depan keluarga dan kondisi keuangan, yang menyebabkan mereka merasa tertekan. Cobalah untuk fokus pada hal-hal yang bisa dikontrol. Alih-alih khawatir tentang masa depan, mari nikmati hari ini. Jangan takut untuk berbicara tentang kecemasan Anda, karena terkadang berbagi beban bisa meringankan hati.
6. Isolasi Sosial: Terkurung dalam Dinding Rumah
Sebagai ibu rumah tangga, sering kali ibu merasa terisolasi. Tidak banyak kesempatan untuk bertemu dengan teman-teman atau berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga. Keadaan ini bisa menyebabkan rasa kesepian dan terisolasi, yang berujung pada masalah mental seperti kecemasan dan depresi.
Penelitian oleh Womack & Billings (2007) menunjukkan bahwa isolasi sosial pada ibu rumah tangga sangat umum, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah pedesaan atau yang tidak memiliki akses ke komunitas atau dukungan sosial yang cukup. Cobalah untuk mencari cara agar tetap terhubung dengan dunia luar. Anda bisa bergabung dengan grup ibu-ibu di media sosial, menghadiri kelas hobi, atau hanya sekedar berjalan-jalan di taman. Jaga keseimbangan antara kehidupan keluarga dan pribadi.
7. Kesulitan Menjaga Keseimbangan: Antara Pekerjaan dan Keluarga
Bagi ibu yang bekerja di luar rumah, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan rumah tangga bisa sangat menantang. Waktu yang terbatas dan tuntutan yang tinggi dari kedua belah pihak bisa menyebabkan ibu merasa kehabisan energi dan kesulitan membagi waktu dengan bijak.
Penelitian oleh Kacmar & Wayne (2000) menyatakan bahwa ibu yang bekerja sering kali mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan rumah tangga, yang menyebabkan mereka merasa tertekan dan kelelahan. Jangan takut untuk meminta bantuan. Delegasikan tugas di rumah dan jika perlu, bicarakan dengan pasangan tentang pembagian waktu yang lebih adil. Prioritaskan tugas yang paling penting dan berikan ruang bagi diri sendiri untuk istirahat.
Masalah mental yang sering dialami ibu rumah tangga bukanlah hal yang bisa dianggap enteng. Stres, kelelahan, kecemasan, dan perasaan tidak cukup baik adalah hal-hal yang banyak dialami, tetapi jarang dibicarakan. Ingat, kesehatan mental ibu adalah pondasi bagi kesejahteraan keluarga. Jadi, jangan biarkan masalah ini berkembang tanpa tindakan. Cari bantuan, berbicara dengan pasangan, dan ingat bahwa Anda berhak untuk merawat diri sendiri.