Pinterpedia.com – Setiap kali tanggal 17 Agustus tiba, suasana Indonesia berubah jadi lebih istimewa. Bendera merah putih berkibar di setiap sudut jalan, spanduk kemerdekaan dipasang, dan tentu saja, upacara pengibaran bendera jadi momen yang paling ditunggu. Tapi, pernahkah kamu ikut upacara yang berantakan karena susunannya tidak jelas? Alih-alih khidmat, malah jadi canggung dan terburu-buru.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Nah, biar hal itu tidak terjadi lagi, penting banget buat panitia memahami bagaimana menyusun rangkaian upacara yang rapi, teratur, tapi tetap penuh makna. Yuk, kita bahas 9 tips yang bisa kamu ikuti supaya susunan upacara 17 Agustus berjalan lancar dan benar-benar terasa khidmat.

Ilustrasi Upacara Kemerdekaan Indonesia yang Dilakukan di Sekolah Dasar (Foto Pinterest)

1. Awali dengan Pedoman Resmi, Bukan Asal Susun

Banyak yang mengira menyusun upacara cukup meniru acara tahun lalu. Padahal, tata cara upacara kemerdekaan sebenarnya sudah punya pedoman resmi, misalnya dari Kementerian Sekretariat Negara atau panduan Paskibraka. Dengan berpegang pada aturan itu, rangkaian acara tidak akan melenceng dan tetap sesuai makna kemerdekaan. Pedoman ini mencakup urutan acara, teks yang dibacakan, sampai tata sikap peserta. Jadi, sebelum mulai bikin rundown, buka dulu dokumen resmi, lalu sesuaikan dengan kondisi tempatmu.

2. Buat Rangkaian Acara yang Mengalir

Susunan upacara itu ibarat naskah drama: harus ada alur yang jelas dari awal hingga akhir. Mulailah dari persiapan barisan, penghormatan kepada inspektur upacara, laporan pemimpin upacara, pembacaan teks Proklamasi, pengibaran bendera, amanat, doa, lalu ditutup dengan laporan akhir. Jangan sampai ada bagian yang loncat-loncat. Kalau alurnya runtut, suasana upacara jadi lebih mengalir, dan peserta pun bisa menghayati momen dengan tenang.

3. Tentukan Peran Setiap Petugas Sejak Awal

Pernah ada upacara yang kacau hanya karena petugasnya bingung siapa yang harus maju? Itu tandanya pembagian peran tidak jelas. Dalam susunan upacara, pastikan setiap posisi sudah terisi: pemimpin upacara, pembawa teks UUD 1945, pembaca doa, pengibar bendera, dirigen lagu, hingga protokol. Kalau semua orang tahu tugasnya sejak jauh hari, upacara akan lebih disiplin dan minim kesalahan.

4. Latihan Itu Wajib, Bukan Sekadar Formalitas

Gladi resik sering dianggap “cuma latihan”, padahal justru di situlah kita bisa mengantisipasi kekacauan. Saat gladi, panitia bisa cek apakah barisan sudah rapi, apakah mikrofon berfungsi, apakah durasi tiap acara pas. Dengan begitu, ketika hari H tiba, semua sudah terbiasa dengan alurnya. Bahkan kesalahan kecil seperti lupa aba-aba bisa langsung ditekan sejak latihan.

5. Pilih Lokasi yang Strategis dan Layak

Lokasi sering disepelekan, padahal punya pengaruh besar. Bayangkan kalau lapangan sempit, panas terik, atau sistem pengeras suara tidak terdengar jelas. Peserta pasti cepat kehilangan fokus. Pilihlah tempat yang cukup luas untuk barisan, punya akses masuk yang mudah, dan aman untuk semua peserta. Kalau di sekolah, halaman utama biasanya jadi pilihan. Kalau di kantor, pastikan lapangan parkir atau halaman depan ditata rapi agar tidak semrawut.

6. Peralatan Teknis Jangan Sampai Mengganggu

Sering terjadi, suasana upacara jadi terganggu hanya karena speaker berisik atau mikrofon mati mendadak. Hal teknis ini kelihatannya sepele, tapi bisa mengacaukan kekhidmatan. Jadi, panitia harus menyiapkan peralatan dengan serius: tes sound system, sediakan mikrofon cadangan, dan pastikan bendera serta tiangnya dalam kondisi baik. Kalau semua alat siap, peserta bisa lebih fokus ke makna upacara, bukan pada gangguan teknis.

7. Jaga Suasana Tetap Khidmat, Bukan Sekadar Formalitas

Upacara 17 Agustus bukan hanya rutinitas tahunan, tapi juga penghormatan pada sejarah. Itu sebabnya sikap khidmat perlu dijaga. Panitia bisa menekankan kepada peserta untuk menjaga sikap tubuh saat lagu kebangsaan dikumandangkan, atau tidak bercanda saat pengibaran bendera. Bahkan inspektur upacara juga sebaiknya menyampaikan amanat yang relevan, menyentuh, dan menginspirasi, bukan sekadar membaca teks kaku.

8. Siapkan Rencana Cadangan untuk Hal Tak Terduga

Cuaca di bulan Agustus kadang sulit ditebak. Kalau tiba-tiba hujan deras, apakah upacara akan batal? Tidak harus begitu. Panitia yang baik selalu punya plan B, misalnya memindahkan acara ke aula atau ruangan tertutup. Begitu juga untuk gangguan teknis: kalau listrik mati, pastikan ada genset atau pengeras suara manual. Dengan skenario cadangan, jalannya upacara tetap bisa diselamatkan.

9. Tutup Upacara dengan Kesan yang Mendalam

Jangan anggap enteng bagian penutup. Justru di sinilah momen untuk meninggalkan kesan mendalam. Doa penutup bisa dibuat menyentuh, lagu penutup dinyanyikan penuh semangat, dan pembubaran barisan dilakukan dengan tertib. Semua itu akan membuat peserta pulang dengan hati yang lebih bangga pada bangsanya. Ingat, detail kecil bisa jadi pembeda antara upacara yang sekadar selesai dan upacara yang benar-benar berkesan.

Susunan Upacara Bendera 17 Agustus

1.Persiapan barisan peserta upacara

2.Pemimpin upacara memasuki lapangan

3.Inspektur upacara memasuki lapangan (peserta memberi hormat)

4.Laporan pemimpin upacara kepada inspektur upacara

5.Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”

6.Mengheningkan cipta dipimpin oleh inspektur upacara

7.Pembacaan Teks Proklamasi

8.Pembacaan Teks Pancasila

9.Pembacaan Teks Pembukaan UUD 1945

10.Amanat inspektur upacara

11.Pembacaan doa

12.Laporan pemimpin upacara kepada inspektur upacara

13.Penghormatan kepada inspektur upacara

14.Inspektur upacara meninggalkan lapangan

15.Upacara selesai, pasukan dibubarkan

Rundown Susunan Upacara Bendera 17 Agustus

1. Persiapan barisan peserta upacara (± 5 menit)

Peserta berbaris sesuai kelompok, dipimpin oleh komandan barisan.

2.Pemimpin upacara memasuki lapangan (± 2 menit)

Pasukan menyiapkan sikap.

3.Inspektur upacara memasuki lapangan (± 3 menit)

Peserta memberi hormat.

4.Laporan pemimpin upacara kepada inspektur upacara (± 2 menit).

5.Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi Lagu Indonesia Raya (± 5 menit).

6.Mengheningkan cipta (± 3 menit)

Dipimpin oleh inspektur upacara.

7.Pembacaan Teks Proklamasi (± 3 menit).

8.Pembacaan Teks Pancasila (± 2 menit)

Diikuti seluruh peserta.

9.Pembacaan Teks Pembukaan UUD 1945 (± 2 menit).

10.Amanat inspektur upacara (± 8 menit).

11.Pembacaan doa (± 3 menit).

12.Laporan pemimpin upacara kepada inspektur upacara (± 2 menit).

13.Penghormatan kepada inspektur upacara (± 2 menit).

14.Inspektur upacara meninggalkan lapangan (± 2 menit).

15.Upacara selesai, pasukan dibubarkan (± 5 menit)

Susunan ini bisa disesuaikan tergantung jumlah peserta dan kebijakan instansi, tapi umumnya total durasi sekitar 60 menit.

Menyusun susunan upacara 17 Agustus memang butuh detail dan ketelitian. Dari pedoman resmi, pembagian tugas, sampai rencana cadangan, semuanya harus disiapkan matang. Hasilnya? Upacara yang bukan hanya lancar, tapi juga penuh makna, khidmat, dan mampu membangkitkan rasa nasionalisme. Jadi, kalau kamu ditunjuk jadi panitia tahun ini, jangan takut. Ikuti 9 tips di atas, dan lihat bagaimana upacaramu bisa jadi momen yang tak terlupakan.