itu bukan transaksional. Mulailah dengan komunikasi rutin sejak awal. Kasih update singkat, ucapkan terima kasih setelah dosen memberi masukan, bahkan sekadar mengonfirmasi bahwa arahan sudah diterima.
Di TikTok banyak cerita mahasiswa yang rajin lapor progres kecil, dosennya jadi lebih care. Jadi jangan pelit ucapan terima kasih, karena itu bukan basa-basi, melainkan strategi halus membangun kedekatan.
Pakai Trik Kreatif, Agar Mudah Menanggapi
Ada cara kreatif yang bisa mempermudah hidup dosen sekaligus mempercepat respon. Pertama, jangan cuma kirim file Word. Coba gunakan Google Docs, sehingga dosen bisa langsung komentar di bagian tertentu tanpa ribet.
Kedua, bikin highlight visual. Infografis sederhana tentang alur penelitian atau tabel ringkas bisa jadi cara ampuh. Bayangkan dosen lagi sibuk, lalu lihat mahasiswa yang memudahkan pekerjaannya. Rasanya kayak dapat bonus es teh gratis pas makan pecel lele.
Ketiga, gunakan subject email atau caption file yang jelas. Jangan kasih judul “Revisi Final” untuk semua versi. Bedakan, misalnya “Revisi Bab III Versi 14 September.” Hal-hal sepele ini bisa mengurangi drama file salah kirim atau dosen malas buka karena bingung.
Jika Diabaikan Jangan Pasrah
Ada momen di mana semua strategi sudah dipakai tapi dosen tetap slow respon. Jangan panik dulu. Coba alternatif lain. Misalnya, datang langsung ke kampus dengan sopan. Bawa draft fisik, ucapkan salam, dan tanyakan apakah ada waktu sebentar untuk diskusi. Kadang pertemuan tatap muka jauh lebih efektif daripada pesan yang tenggelam di tumpukan chat.
Kalau dosen benar-benar sibuk karena acara akademik besar, atur timeline sendiri. Jangan menunggu tanpa batas. Buat target pribadi, revisi bagian lain, atau lengkapi referensi