Pinterpedia.com – Bayangkan anak SD di sebuah kota kecil sedang belajar tentang bagaimana mesin bisa mengenali gambar kucing dan anjing, atau siswa SMP yang diminta membuat program sederhana untuk chatbot. Gambaran itu bukan lagi fantasi, melainkan rencana nyata yang mulai dijalankan tahun 2025. Pemerintah mengumumkan bahwa kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) akan masuk ke kurikulum sekolah, mulai dari jenjang dasar hingga menengah. Sebuah langkah yang terdengar ambisius, tapi juga menandai arah baru pendidikan kita.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Kebijakan ini bukan datang tanpa alasan. Dunia bergerak cepat, teknologi AI sudah masuk ke hampir semua lini kehidupan, dari kesehatan, transportasi, hingga hiburan. Anak-anak Indonesia yang kini duduk di bangku sekolah adalah generasi yang akan hidup di tengah ekosistem serba otomatis. Tanpa pemahaman dasar tentang AI, mereka akan tertinggal. Itu sebabnya, pemerintah menilai bahwa memperkenalkan AI sejak dini adalah investasi masa depan. Dilansir dari berbagai sumber media, Wakil Presiden Gibran Rakabuming bahkan menegaskan bahwa pelajaran AI akan menjadi bagian dari program resmi mulai tahun ajaran baru, sementara Mendikdasmen menyebut coding dan AI masuk sebagai mata pelajaran pilihan. Menurut laporan sejumlah media pendidikan, setidaknya 16 ribu sekolah akan menjadi titik awal penerapan kebijakan ini.

Apa yang sebenarnya akan dipelajari siswa dari kurikulum baru ini? Berdasarkan rancangan awal yang beredar, ada beberapa materi inti yang akan dibawa ke ruang kelas. Pertama, pengenalan konsep dasar AI, mulai dari definisi hingga contoh aplikasi sehari-hari. Anak-anak SD mungkin akan dikenalkan pada logika sederhana seperti bagaimana komputer bisa belajar dari pola. Kedua, dasar algoritma dan pemrograman, yang kemungkinan dimulai dengan bahasa visual seperti Scratch atau Blockly sebelum naik ke Python sederhana di tingkat lebih lanjut. Ketiga, pemahaman data, bagaimana mengumpulkan, membaca, dan menginterpretasikan informasi. Keempat, proyek berbasis AI, misalnya membuat chatbot sederhana atau game edukatif. Dan yang tak kalah penting, ada topik etika dan dampak sosial AI, termasuk isu bias algoritma, privasi data, serta implikasi sosial ekonomi dari otomatisasi.

Dari sisi manfaat, BRIN menyambut positif penerapan kurikulum ini. Lembaga riset tersebut menekankan bahwa AI dapat meningkatkan efisiensi pembelajaran sekaligus memberikan pengalaman belajar yang lebih personal. Dengan bantuan sistem berbasis AI, guru bisa mengetahui kemampuan masing-masing siswa dan menyesuaikan materi agar

Halaman:
1 2 3