Pinterpedia.com – Tepuk Sakinah tengah menjadi perbincangan publik setelah viral di media sosial melalui video akun resmi Kementerian Agama (Kemenag). Sekilas, yel-yel ini terlihat seperti permainan tepuk tangan biasa. Namun di balik gerakannya, tersimpan pesan mendalam yang ditujukan bagi calon pengantin (catin) agar memahami nilai dasar membangun keluarga.
Apa Itu Tepuk Sakinah?
Tepuk Sakinah merupakan metode kreatif yang diperkenalkan dalam program Bimbingan Perkawinan (Bimwin) Kemenag. Gerakan sederhana ini digabungkan dengan syair singkat berisi lima pilar keluarga sakinah, yaitu:
1.Zawaj – berpasangan, menegaskan pernikahan sebagai ikatan suci.
2.Mitsaqan Ghalizan – janji kokoh yang mengikat pasangan secara serius.
3.Mu’asyarah bil Ma’ruf – saling berbuat baik, menghormati, dan menjaga cinta.
4.Musyawarah – membangun komunikasi sehat dan pengambilan keputusan bersama.
5.Taradhin – saling ridha dan menerima kekurangan pasangan.
Dilansir dari berbagai sumber menurut Kemenag, tepuk ini bukan sekadar hiburan. Ia berfungsi sebagai alat bantu memori agar catin lebih mudah mengingat nilai-nilai inti pernikahan. Kepala Biro Humas Kemenag, Thobib Al Asyhar, menegaskan bahwa tepuk sakinah bukan kewajiban hafalan mutlak, melainkan strategi penyampaian pesan agar suasana Bimwin lebih hidup.
Materi pranikah umumnya padat dan teoritis. Tepuk Sakinah dipakai sebagai ice breaking yang menyegarkan suasana dan sekaligus menanamkan pesan edukatif. Pendekatan ini sejalan dengan teori pembelajaran multisensori yang menekankan pengulangan melalui gerakan dan suara untuk memperkuat ingatan (Mayer, The Cambridge Handbook of Multimedia Learning, 2020).
Kemenag menilai cara ini relevan dengan kondisi generasi muda yang cenderung memiliki rentang perhatian singkat. Dengan format sederhana, peserta lebih mudah mengingat esensi keluarga sakinah daripada hanya mendengarkan ceramah panjang.
Respons publik terhadap viralnya Tepuk Sakinah beragam. Sebagian menganggapnya kreatif, sebagian lain menilai terkesan “ribet.” Namun menurut Kemenag, inti utamanya tetap pada penanaman nilai, bukan bentuk gerakannya.
Pilar-pilar yang dimasukkan ke dalam tepuk ini juga memiliki relevansi langsung dengan masalah sosial. Data Badan Pusat Statistik (2023) mencatat, tingkat perceraian di Indonesia mencapai lebih dari 447 ribu kasus dalam setahun. Penyebab dominan adalah kurangnya komunikasi dan ketidakcocokan pasangan. Nilai musyawarah dan taradhin yang ditanamkan lewat Tepuk Sakinah menjadi pengingat penting untuk mengantisipasi persoalan tersebut.
Tepuk Sakinah bukanlah aturan baru atau kewajiban hafalan bagi calon pengantin. Ia adalah metode edukatif yang mempermudah