sesuai kebutuhan. Ada kelompok tani yang hanya menerima sebagian dari yang diajukan. Meski begitu, banyak yang masih merasa subsidi ini adalah “nafas tambahan” yang membuat mereka bisa terus menanam.
Di sisi lain, pemerintah menargetkan swasembada beras sebagai tujuan besar. Menteri Pertanian beberapa kali menegaskan bahwa dengan ketersediaan pupuk, percepatan tanam bisa dilakukan, dan produksi beras nasional bisa digenjot. Harapannya, mimpi swasembada yang selama ini tertunda bisa diwujudkan lebih cepat.
Tapi sekali lagi, kebijakan subsidi pupuk bukan obat mujarab tunggal. Produksi pertanian juga bergantung pada ketersediaan benih, irigasi, peralatan, bahkan kestabilan iklim. Pupuk hanyalah salah satu faktor penting di antara banyak komponen lain.
Pupuk subsidi pada dasarnya adalah jembatan antara petani kecil dan kebutuhan nasional akan pangan. Ia bukan sekadar produk kimia yang diberi diskon, melainkan instrumen politik pangan. Tujuannya jelas: melindungi petani, menjaga harga, dan menjamin ketahanan pangan.
Jelang musim tanam 2025, pemerintah dan Pupuk Indonesia memastikan stok aman. Namun, seperti biasa, yang akan menguji kebenaran janji itu adalah realitas di lapangan. Selama distribusi berjalan lancar hingga ke pelosok, pupuk subsidi akan tetap menjadi penyelamat bagi banyak petani. Jika tidak, cerita tentang kelangkaan pupuk akan kembali mengisi ruang berita.