Pinterpedia.com – Pernahkah Anda merasa terjebak dalam pusaran pikiran yang tak ada habisnya? Kadang kita merasa sudah cukup berpikir, tapi ternyata otak terus menggulirkan pertanyaan yang tidak berujung. Itu adalah overthinking, kebiasaan berpikir berlebihan yang bisa merusak hubungan sosial dan bahkan hubungan keluarga. Mungkin awalnya terlihat tidak begitu penting, tetapi jika dibiarkan, dampaknya bisa sangat besar. Jadi, bagaimana cara mengatasinya? Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda coba berdasarkan riset dari para psikolog dan ahli.
Apa Itu Overthinking dan Dampaknya?
Overthinking seringkali dimulai dengan kecemasan. Kita mulai khawatir tentang hal-hal yang belum tentu terjadi, dan tanpa disadari, pikiran tersebut berkembang menjadi serangkaian kekhawatiran yang mengganggu. Menurut dr. Renata Pahlavani, seorang psikolog di Jakarta, overthinking bisa mengarah pada stres kronis, yang pada gilirannya memengaruhi kesejahteraan emosional dan fisik kita.
Bagi banyak orang, overthinking dapat menambah jarak dalam hubungan sosial. Bayangkan, Anda terjebak dalam pikiran tentang apakah seseorang benar-benar menyukai Anda atau apakah Anda mengatakan hal yang salah saat berbicara dengan teman. Overthinking bisa membuat kita menarik diri dari interaksi sosial, merasa tidak dipahami, atau bahkan merasa lebih terasing dari keluarga dan teman.
Dalam hubungan keluarga, overthinking bisa menjadi pemicu ketegangan. Misalnya, Anda bisa mulai berpikir berlebihan tentang keputusan-keputusan kecil dalam rumah tangga, seperti apa yang harus dimakan malam ini atau apakah Anda cukup mendukung pasangan. Semua ini menciptakan kecemasan yang tak perlu dan mengalihkan perhatian dari apa yang benar-benar penting dalam hubungan.
Kenali Tanda-tanda Overthinking
Langkah pertama dalam mengatasi overthinking adalah mengenali tanda-tandanya. Biasanya, ini dimulai dengan kecemasan kecil yang