Ada sesuatu yang aneh tapi menenangkan setiap kali hujan turun. Udara terasa lembut, angin membawa aroma tanah yang khas, dan tiba-tiba kepala kita dipenuhi potongan kenangan lama. Dimana kata para pujangga terdahulu yang berkata bahwa, “Nyatanya rindu adalah kenangan yang jatuh cinta pada masa lalu”. Hal-hal sederhana yang mungkin sudah lama kita lupakan muncul begitu saja. Bau itu seperti menghidupkan masa lalu, menghadirkan kembali suasana yang pernah akrab. Tapi kenapa bisa begitu? Mengapa bau hujan membuat kita rindu dengan masa lalu? Jawabannya tidak hanya soal perasaan, tetapi juga tentang cara kerja tubuh dan otak yang ternyata sangat menarik.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Aroma Tanah Punya Cerita Sendiri

Bau hujan memiliki nama ilmiah, yaitu petrichor. Istilah ini diperkenalkan oleh dua ilmuwan Australia, Isabel Bear dan Richard Thomas, pada tahun 1960-an. Mereka menemukan bahwa aroma khas setelah hujan berasal dari zat bernama geosmin, senyawa alami yang dihasilkan oleh bakteri tanah Actinobacteria. Ketika hujan pertama kali menyentuh tanah kering, tetesan air memerangkap udara dan melepaskan partikel halus berisi geosmin ke atmosfer. Dari sinilah aroma lembut itu muncul dan langsung kita kenali.

Menariknya, hidung manusia sangat peka terhadap zat ini. Kita bisa mengenali aroma geosmin bahkan dalam kadar yang sangat kecil, lebih sensitif dibanding banyak hewan. Karena itu, tidak heran jika bau hujan begitu cepat memicu reaksi emosional. Tubuh kita memang dirancang untuk bereaksi terhadapnya.

Otak, Hidung, dan Ingatan yang Terhubung Erat

Indra penciuman memiliki jalur istimewa dalam otak. Tidak seperti suara atau gambar yang harus melewati banyak proses, sinyal dari hidung langsung menuju sistem limbik, bagian otak yang mengatur emosi dan memori. Inilah alasan mengapa satu aroma bisa membuka kembali pengalaman lama dengan begitu jelas.

Misalnya, bau hujan bisa membawa kita ke masa kecil: berlari di halaman rumah, mendengar suara atap yang diketuk air, atau menatap genangan dari balik jendela. Otak tidak hanya mengenali bau itu, tapi juga membangkitkan suasana yang dulu menyertainya. Penelitian Herz dan Engen (1996) dalam jurnal Memory & Cognition menunjukkan bahwa kenangan yang dipicu oleh aroma jauh lebih emosional dan bertahan lebih lama dibanding kenangan yang datang dari penglihatan atau pendengaran. Hidung kita, dengan kata lain, adalah pintu

Halaman:
1 2 3