teknologi foto AI digunakan untuk menyebarkan berita palsu atau konten misleading. Ini adalah salah satu risiko besar yang dihadapi oleh kita semua. Foto AI bisa dipakai untuk membuat gambar palsu dari tokoh publik atau peristiwa penting, lalu gambar tersebut disebarkan ke jutaan orang di seluruh dunia. Hal ini jelas akan mengaburkan fakta dan mempengaruhi opini publik.
Misalnya, kamu bisa saja melihat gambar yang memperlihatkan seorang politisi yang melakukan tindakan kontroversial, padahal itu cuma foto palsu yang dibuat dengan teknologi AI. Sebarannya yang cepat melalui media sosial bisa membuat banyak orang percaya pada berita tersebut, meskipun itu adalah hoax. Ini menciptakan masalah besar dalam dunia yang semakin terhubung secara digital.
Kasus di Dunia Nyata: Deepfake, yang menggunakan foto AI untuk menciptakan video palsu, sudah digunakan untuk merusak karir politikus, selebriti, dan tokoh publik lainnya. Video atau gambar palsu ini bisa mengguncang stabilitas sosial dan merusak kepercayaan terhadap media.
4. Foto AI dan Masalah Hukum: Hak Cipta dan Hak Gambar
Isu hukum terkait foto AI nggak kalah penting. Misalnya, siapa yang punya hak atas gambar yang dihasilkan oleh AI? Apakah itu hak si pembuat model AI, pembuat prompt, atau orang yang fotonya dimanipulasi? Ini adalah area yang sangat abu-abu dalam hal hukum.
Hak cipta foto AI menjadi masalah yang besar. Jika kamu menggunakan foto orang lain tanpa izin, dan kemudian foto itu dimanipulasi atau diubah menggunakan AI, siapa yang bertanggung jawab? Jika foto tersebut digunakan untuk tujuan komersial tanpa izin, apakah si pembuat foto AI yang bertanggung jawab atau orang