Bayangkan suatu hari kamu menonton video seorang tokoh publik berbicara hal yang mengejutkan. Intonasinya meyakinkan, ekspresinya tampak alami, dan setiap gerak bibirnya seolah sinkron dengan suara. Kamu percaya begitu saja, padahal bisa jadi itu bukan dia. Selamat datang dalam era dimana video tidak lagi jadi bukti mutlak. Dunia kini mengenal dua bentuk manipulasi visual yang semakin canggih yaitu deepfake dan shallowfake.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Mengenal Deepfake

Deepfake bukan cuma hasil sebuah editan video. Ia adalah buah dari pembelajaran mesin yang bekerja meniru manusia hingga ke detail ekspresi mikro. Teknologi ini menggunakan sistem bernama Generative Adversarial Networks (GAN) yaitu dua jaringan komputer yang saling bersaing. Satu berperan sebagai “penipu” yang membuat video palsu, dan satunya lagi sebagai “detektor” yang mencoba mengenali kepalsuan. Dari hasil inilah, video palsu semakin sempurna hingga nyaris tak terdeteksi oleh mata manusia.

Wajah bisa ditukar, suara juga bisa dipalsukan, dan bahkan emosi bisa direkonstruksi. Dalam industri film, teknologi ini dipuji karena bisa “menghidupkan” aktor lama yang sudah tiada atau memperhalus efek visual. Tapi di luar studio, deepfake menjadi senjata berbahaya mulai dari penyebaran hoaks politik hingga pemerasan digital berbasis wajah orang yang terlihat asli.

Mengenal Shallowfake

Berbeda dengan deepfake yang membutuhkan algoritma canggih, shallowfake justru jauh lebih sederhana. Ia hanya mengandalkan teknik pengeditan dasar seperti pemotongan video, memperlambat durasi, atau mengubah urutan kalimat. Tidak perlu kecerdasan buatan, cukup perangkat lunak edit video dan niat buruk.

Namun jangan remehkan dampaknya. Video yang diedit secara dangkal bisa menciptakan kesan berbeda, bahkan menyesatkan makna ucapan seseorang. Sebuah cuplikan 5 detik yang dilepas dari konteksnya dapat menyalakan bara amarah di ruang publik dan sosial media, menciptakan kesalahpahaman massal sebelum sempat diklarifikasi. Dalam ekosistem media sosial yang cepat dan emosional, kebenaran sering kalah cepat dari sensasi viral.

Bahaya Deepfake dan Shallowfake

Keduanya, deepfake dan shallowfake berangkat dari hal yang sama yaitu sebuah manipulasi persepsi. Perbedaannya terletak pada kedalaman teknologi dan tujuan penggunaannya. Deepfake bekerja di level algoritmik, menciptakan ilusi yang tampak realistis hingga menipu sistem pengenalan wajah. Sementara shallowfake bermain di permukaan, mengandalkan potongan dan konteks palsu yang membuat orang salah menafsirkan fakta.

Tetapi efeknya satu, yaitu realitas digital yang

Halaman:
1 2 3