Teknik Penulisan Algoritma yang Menyerupai Kode Program, Lengkap dengan Contoh dan Format
Pinterpedia.com – Saat belajar algoritma, kamu pasti pernah diminta menuliskannya dengan gaya yang mirip kode program, tapi belum sampai ke tahap coding sebenarnya. Nah, teknik penulisan algoritma yang menyerupai kode program adalah pseudocode. Teknik ini bukan cuma sekadar catatan logika, tapi cara sistematis untuk menggambarkan urutan instruksi, struktur kontrol, hingga variabel seperti kamu lagi nulis program sungguhan. Di artikel ini aku bahas apa itu pseudocode, kenapa penting, gimana format dasarnya, dan contoh penulisannya yang bisa langsung kamu pahami.
1. Penjelasan pseudocode sebagai teknik yang menyerupai kode program
Pseudocode itu bisa dibilang versi setengah jalan antara logika dan bahasa pemrograman. Bentuknya memang belum bisa dijalankan seperti Python atau C++, tapi strukturnya udah jelas, rapi, dan punya urutan logika yang sama seperti kode asli. Biasanya pakai kata kunci umum seperti IF, ELSE, FOR, WHILE, INPUT, OUTPUT, dan ditulis berurutan sesuai logika program.
Kenapa pakai pseudocode? Karena ini bikin kamu fokus ke alur logika, bukan ribet duluan mikirin sintaks. Cocok banget buat awal belajar coding atau nyusun algoritma sebelum implementasi.
2. Format penulisan algoritma dengan pseudocode
Format pseudocode bebas dari aturan sintaks bahasa pemrograman tertentu, tapi tetap punya struktur yang harus dipahami. Umumnya terbagi jadi tiga bagian utama: judul algoritma, deklarasi variabel, dan deskripsi langkah-langkah.
Contoh format dasar:
ALGORITMA HitungLuasPersegi
DEKLARASI
sisi, luas: integer
DESKRIPSI
input(sisi)
luas ← sisi * sisi
output(luas)
Contoh lain dengan struktur mirip kode:
function HitungLuasPersegi(sisi)
luas = sisi * sisi
return luas
Kamu bisa pilih bentuk penulisan tergantung konteks, tapi yang paling penting, pseudocode harus bisa dibaca dan dimengerti dengan cepat, tanpa kebingungan.
3. Contoh penulisan algoritma dengan pseudocode
Kalau kamu diminta menulis algoritma menghitung nilai rata-rata, maka pseudocodenya bisa seperti ini:
ALGORITMA HitungRataRata
DEKLARASI
nilai1, nilai2, nilai3, rata: real
DESKRIPSI
input(nilai1)
input(nilai2)
input(nilai3)
rata ← (nilai1 + nilai2 + nilai3) / 3
output(rata)
Atau versi lain:
function HitungRataRata(a, b, c)
return (a + b + c) / 3
Struktur seperti ini bikin kamu lebih mudah menerjemahkannya ke dalam bahasa pemrograman apa pun nanti, entah itu Python, Java, atau C++.
4. Kesalahan umum dalam penulisan pseudocode
Beberapa hal yang sering bikin pseudocode jadi sulit dipahami:
• Nggak pakai indentasi → hasilnya susah dibaca.
• Struktur logika tidak lengkap → misal IF tanpa ELSE atau tanpa ENDIF.
• Variabel tidak dideklarasikan di awal.
• Langsung pakai sintaks bahasa tertentu seperti tanda kurung kurawal atau titik koma yang bikin bentuknya jadi kode, bukan pseudocode.
Padahal tujuan utama pseudocode adalah menyampaikan logika, bukan meniru bahasa pemrograman sepenuhnya.
Teknik penulisan algoritma yang menyerupai kode program disebut pseudocode. Teknik ini membantu menyusun logika langkah demi langkah sebelum diubah ke bahasa pemrograman asli. Formatnya sederhana tapi terstruktur, terdiri dari deklarasi dan deskripsi. Penulisannya bebas sintaks tapi tetap disiplin secara logika. Pseudocode digunakan di tahap awal perancangan program, pengajaran algoritma, dan dokumentasi teknis. Selama kamu paham alurnya, pseudocode bisa jadi alat bantu logika yang sangat kuat dan efisien untuk kamu kuasai sejak awal.