atau sekadar perwujudan tekanan psikologis kolektif saat sekelompok orang ketakutan bersamaan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Film Menjelang Maghrib 2

Film kedua datang dengan pendekatan yang lebih simbolis. Menjelang Maghrib 2 mengangkat waktu senja sebagai momen yang dipercaya masyarakat penuh dengan energi gaib. Dalam cerita, sekelompok remaja desa mengalami fenomena aneh ketika azan maghrib berkumandang. Beberapa di antaranya kesurupan, membuat suasana desa kacau dan memunculkan pertanyaan besar tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Berbeda dengan Kemah Terlarang yang menekankan kisah nyata, film ini menggunakan kesurupan sebagai pintu masuk ke refleksi spiritual. Maghrib ditampilkan bukan hanya sebagai transisi siang ke malam, melainkan batas tipis antara dunia manusia dengan dunia makhluk tak kasat mata. Adegan kesurupan di sini seringkali hadir tiba-tiba, seolah menjadi peringatan bahwa ada aturan tak terlihat yang dilanggar.

Nilai menariknya terletak pada pesan moral yang lebih religius. Film ini tidak hanya menakut-nakuti dengan teriakan keras atau tubuh yang mendadak kaku, tapi juga menyinggung pentingnya disiplin menjalankan kewajiban ibadah, menjaga diri dari rasa lalai, dan menghormati tradisi lokal yang mengakar kuat di masyarakat.

Film Jalan Pulang

Film ketiga mungkin tidak sepopuler dua judul sebelumnya, namun menarik karena menghadirkan kesurupan dalam konteks keluarga. Jalan Pulang mengisahkan seorang anak yang jatuh sakit misterius. Berbagai upaya medis gagal, hingga akhirnya keluarga mencari pertolongan spiritual. Dari sinilah penonton diperlihatkan bahwa sakit sang anak ternyata terkait dengan gangguan roh yang merasuk ke tubuhnya.

Kesurupan dalam film ini tidak dihadirkan sebagai tontonan massal atau histeria bersama, melainkan pengalaman personal yang merobek batin keluarga. Alih-alih menekankan adegan kejang atau teriak, film lebih

Halaman:
1 2 3 4