fokus pada perasaan tak berdaya orang tua, benturan antara sains dan kepercayaan, serta dilema ketika harus memilih jalur pengobatan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Dengan pendekatan ini, Jalan Pulang memberi warna baru pada film horor kesurupan. Bukan hanya menyeramkan, tapi juga emosional. Penonton diajak masuk ke perasaan takut kehilangan anak, ragu pada sistem medis, dan akhirnya pasrah pada solusi yang tak masuk akal secara ilmiah namun dipercaya secara budaya.

Mengapa Kesurupan Terus Jadi Daya Tarik di Film Horor

Tiga film di atas menunjukkan bahwa kesurupan tidak pernah kehilangan daya pikatnya. Ada beberapa alasan mengapa tema ini selalu berhasil menarik penonton. Pertama, kesurupan dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Hampir semua orang pernah mendengar cerita kesurupan di sekolah, di desa, atau saat kegiatan besar. Kedua, kesurupan menghadirkan ketakutan yang unik: tubuh manusia yang biasanya bisa dikendalikan, tiba-tiba diambil alih oleh kekuatan asing. Sensasi kehilangan kontrol ini menciptakan kengerian yang sangat manusiawi.

Selain itu, kesurupan juga membuka ruang untuk membicarakan hal-hal lain seperti hubungan manusia dengan alam, keyakinan spiritual, dan solidaritas sosial. Film seperti Kemah Terlarang menyoroti adat dan pantangan, Menjelang Maghrib 2 menggandeng sisi religius, sementara Jalan Pulang mengaduk emosi keluarga. Semua ini membuktikan bahwa kesurupan bukan hanya trik horor, tapi juga cermin dari berbagai lapisan budaya Indonesia.

Tahun 2025 menegaskan bahwa horor Indonesia masih kaya dengan cerita lokal yang relevan. Melalui Kemah Terlarang, Menjelang Maghrib 2, dan Jalan Pulang, fenomena kesurupan tampil dalam tiga wajah berbeda: kisah nyata yang menyeramkan, simbol spiritual yang penuh makna, dan drama keluarga yang menguras emosi.

Bagi penonton, ini

Halaman:
1 2 3 4