kertas yang penuh dan baru saja diganti dengan kertas baru. Memori yang tertulis sebelumnya (kenangan dari masa bayi) akan sulit untuk bertahan.
Perkembangan Bahasa dan Kesadaran Diri
Selain faktor biologis, ada juga aspek perkembangan psikologis yang memengaruhi kemampuan bayi untuk mengingat. Salah satunya adalah perkembangan bahasa dan kesadaran diri. Untuk membentuk ingatan eksplisit (yang bisa kita ingat dan ceritakan), kita membutuhkan kemampuan untuk menstrukturkan informasi dalam bentuk narasi atau cerita.
Pada usia sangat dini, bayi belum memiliki kemampuan untuk merangkai pengalaman mereka menjadi cerita. Mereka belum bisa memberi makna pada setiap kejadian yang mereka alami, karena keterbatasan dalam bahasa dan pemahaman diri. Biasanya, kemampuan ini baru berkembang sekitar usia 18-24 bulan, saat bayi mulai bisa berbicara dan menyusun kalimat sederhana. Ini menjelaskan mengapa kenangan dari masa bayi sulit untuk diakses, karena kita tidak memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan dan mengingat pengalaman-pengalaman tersebut dengan cara yang bermakna.
Pengaruh Sosial dan Emosional
Faktor lain yang memengaruhi ingatan bayi adalah aspek sosial dan emosional. Interaksi dengan orang tua, keluarga, dan lingkungan sekitar berperan penting dalam pembentukan ingatan. Semakin banyak rangsangan yang diberikan kepada bayi, semakin besar kemungkinan mereka untuk membentuk kenangan jangka panjang. Namun, meskipun ada banyak rangsangan sosial yang terjadi, ingatan ini cenderung tidak terekam dalam bentuk memori eksplisit yang bisa diingat secara sadar di kemudian hari.
Penelitian juga menunjukkan bahwa pengalaman emosional yang intens dapat memperkuat ingatan. Namun, ingatan tersebut lebih cenderung bersifat implisit dan berhubungan dengan perasaan dan respons tubuh, ketimbang peristiwa-peristiwa yang bisa diceritakan kembali.