Gelombang Mikro Tertahan: Peneliti dari Lanzhou, China (Cen et al., 2014), menemukan spektrum radiasi mirip gelombang mikro pada video mereka. Mereka menduga ball lightning terbentuk ketika gelombang mikro dari sambaran petir terperangkap di ruang ionisasi udara.
Daftar Isi
Meski teorinya berbeda, satu hal jelas: fenomena ini tidak sekadar “api yang melayang.” Ia adalah bentuk energi kompleks yang melibatkan listrik, plasma, dan reaksi kimia sekaligus.
Mengapa Fenomena ini Sulit Diteliti?
Masalah utama adalah kelangkaannya. Tidak ada yang tahu kapan ball lightning akan muncul, dan tak ada cara untuk memicunya secara alami. Ia bisa muncul hanya beberapa detik, lalu menghilang tanpa sisa.
Upaya untuk mereplikasinya di laboratorium sering kali hanya menghasilkan bola plasma kecil yang bertahan kurang dari dua detik, jauh berbeda dari yang terlihat di alam.
Kombinasi antara kejadian acak, lokasi terbatas, dan durasi singkat membuatnya nyaris mustahil diamati secara langsung dengan alat lengkap. Itu sebabnya, meski manusia sudah mendarat di Mars, kita masih belum benar-benar paham fenomena yang muncul di halaman belakang rumah sendiri.
Mitor yang Berkaitan
Sebelum sains berkembang, masyarakat di berbagai belahan dunia punya tafsir sendiri tentang bola petir ini.
Di Eropa abad ke-18, ia disebut “api iblis” atau “petir setan.” Di Jepang, dikenal sebagai hitodama, bola cahaya yang dipercaya membawa arwah manusia. Di Rusia, disebut ognenny shar—api misterius yang menjadi pertanda buruk.
Menariknya, laporan-laporan ini punya kesamaan deskripsi meskipun datang dari budaya berbeda: bola cahaya yang muncul saat badai dan lenyap tiba-tiba. Ini menunjukkan bahwa fenomenanya nyata, hanya saja cara manusia memahaminya yang berubah dari mitos menuju sains.
Bahaya Ball Lightning
Walaupun tampak indah, ball lightning tidak selalu aman. Ada laporan bola petir yang meledak dengan suara keras, membakar kabel listrik, bahkan merusak dinding rumah. Laporan-laporan lain menyebutnya tidak berbahaya, melayang diam seperti visual langit yang memberi keindahan.
Beberapa ilmuwan menduga perbedaan ini disebabkan oleh kondisi udara dan jenis partikel yang terlibat. Ada yang lebih stabil, ada yang mudah kehilangan energi hingga meledak. Namun hingga kini, tak ada rumus pasti yang bisa memprediksi perilakunya.
Bisakah Kita Membuatnya Sendiri?
Pertanyaan ini menggoda banyak peneliti sejak era Nikola Tesla. Ia sempat mencoba menciptakan bola listrik stabil di laboratoriumnya, tetapi


