Bayangkan kamu sedang menatap langit malam dengan jutaan bintang bersinar, galaksi berputar, dan ruang tampak begitu tenang. Tapi kenyataannya, sebagian besar dari apa yang membuat alam semesta ini tetap berdiri justru tak bisa kita lihat. Sekitar 85% dari seluruh materi di alam semesta diduga tidak memancarkan cahaya, tidak menyerap energi, dan tidak berinteraksi dengan apa pun yang bisa kita deteksi. Ia dinamai materi gelap (dark matter).
Namun, di balik istilah yang terdengar misterius itu, muncul pertanyaan besar dibenak yaitu Apakah materi gelap benar-benar ada, atau sebenarnya hanya hasil dari perhitungan matematis yang salah arah?

Daftar Isi

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Mengenal Gagasan Galaksi

Pada tahun 1933, seorang astronom bernama Fritz Zwicky mengamati gugusan galaksi bernama Coma Cluster. Ia mendapati sesuatu yang aneh: kecepatan rotasi galaksi-galaksi itu terlalu tinggi dibandingkan jumlah massa yang bisa ia lihat. Jika hanya mengandalkan bintang dan gas yang teramati, seharusnya galaksi-galaksi itu sudah tercerai berai. Tapi tidak. Mereka tetap utuh, seolah ada sesuatu yang “menahan” mereka.

Zwicky menyebut kejanggalan itu sebagai missing mass yaitu massa yang hilang, massa yang tak terlihat. Dari situlah lahir gagasan tentang materi gelap: sesuatu yang tidak memancarkan cahaya, tapi punya gravitasi yang kuat.

Beberapa dekade kemudian, Vera Rubin memperkuat temuan ini. Ia meneliti kecepatan bintang-bintang di galaksi spiral dan menemukan hal yang sama, semakin jauh dari pusat, kecepatan rotasinya tidak melambat seperti seharusnya. Artinya, ada massa tambahan yang tak terlihat ikut bermain. Dari sinilah teori materi gelap mulai jadi pilar dalam kosmologi modern.

Kita Tak Melihatnya, Tapi Melihat Dampaknya

Lucunya, semua “bukti” tentang materi gelap datang dari hal-hal yang tidak bisa kita lihat secara langsung. Kita hanya melihat efeknya.
Materi gelap tidak memantulkan cahaya, tidak menyerap gelombang elektromagnetik, dan tidak bisa disentuh. Tapi pengaruh gravitasinya tampak jelas:

  • Galaksi tidak tercerai berai meski berputar cepat.

  • Cahaya dari objek jauh terlihat bengkok, efek yang disebut gravitational lensing.

  • Struktur alam semesta, cara galaksi dan gugus galaksi tersebar cocok dengan model yang memasukkan keberadaan materi gelap.

Dengan kata lain, kita tidak “melihat” materi gelap, kita hanya melihat jejak gravitasinya di mana-mana. Ia seperti pemeran utama yang tak muncul di layar, tapi kehadirannya terasa di setiap adegan.

Teori-Teori

Halaman:
1 2 3