Di sisi lain, ada ilmuwan yang tak sepakat. Mereka bilang, mungkin bukan ada “materi tak terlihat”, tapi rumus gravitasi kita yang belum tepat.
Fisikawan Mordehai Milgrom pada 1983 mengusulkan teori MOND (Modified Newtonian Dynamics) versi baru hukum Newton yang berlaku berbeda di skala galaksi. Ia berpendapat, jika kita sedikit mengubah cara gravitasi bekerja di jarak jauh, semua fenomena aneh itu bisa dijelaskan tanpa perlu menciptakan entitas baru bernama materi gelap.

Daftar Isi

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Lalu muncul juga teori TeVeS dan Emergent Gravity dari Erik Verlinde, yang mencoba memadukan gravitasi Einstein dengan prinsip entropi dan energi informasi. Menurut teori ini, efek yang kita anggap sebagai “materi gelap” mungkin hanyalah manifestasi dari sifat ruang-waktu itu sendiri.

Pertanyaannya, apakah kita benar-benar menemukan sesuatu, atau hanya menambal rumus agar sesuai dengan observasi?

Fisika jadi Sebuah Keyakinan

Sains modern sering kali berangkat dari kejanggalan. Ketika fakta tidak sesuai dengan teori, kita menambahkan variabel baru agar rumusnya tetap berjalan. Dalam sejarah, kita pernah menciptakan “eter”, zat fiktif yang dulu dianggap menjadi medium perambatan cahaya. Konsep itu bertahan selama seabad, hingga akhirnya runtuh oleh teori relativitas Einstein.
Mungkinkah materi gelap bernasib sama?
Bisa jadi, suatu hari nanti teori baru akan muncul, menjelaskan semuanya tanpa perlu “materi tak terlihat” ini. Namun, hingga saat itu tiba, konsep materi gelap tetap menjadi penyelamat logika fisika modern. Tanpanya, banyak rumus yang tak akan seimbang.

Terlepas dari semua keraguan, kepercayaan pada materi gelap bukan tanpa dasar. Data dari teleskop Planck, pengamatan gelombang mikro kosmik (CMB), hingga simulasi komputer kosmologi menunjukkan konsistensi yang kuat. Tanpa materi gelap, model alam semesta kita akan runtuh, struktur galaksi tak terbentuk, dan kita mungkin takkan pernah ada.

Bahkan jika partikel penyusunnya belum ditemukan, entah itu WIMP, axion, atau neutrino steril—para ilmuwan tetap mencarinya. Laboratorium bawah tanah seperti LUX-ZEPLIN dan XENONnT kini menjadi tempat paling sunyi di dunia, menunggu suara samar dari partikel yang mungkin takkan pernah datang.

Di titik ini, perdebatan tentang materi gelap bukan lagi sekadar urusan teleskop dan laboratorium. Ia juga menyentuh pertanyaan filosofis:
Apakah sesuatu dianggap nyata hanya karena rumus memerlukannya?
Atau realitas sejati justru lebih

Halaman:
1 2 3